Pentingnya Pendidikan Karakter Di Era Milenial – Di era modern ini, pembelajaran harus menyertakan pendidikan karakter di sekolah. Melalui hal tersebut dimaksudkan untuk membangun dan memperkuat karakter peserta didik, menjawab berbagai tantangan dan budaya asing bagi bangsa Indonesia. Pada dasarnya penggunaan karakter dalam pendidikan bertujuan untuk menghasilkan siswa yang bermoral dan taat pada nilai-nilai masyarakat luas. Ini termasuk kejujuran, kemurahan hati, membantu, kebaikan, dll. Pentingnya Pendidikan Karakter Di Era Milenial Singkatnya, pendidikan karakter di sekolah merupakan cara untuk menjadikan manusia lebih baik dari sebelumnya. Agar pelaksanaannya berjalan dengan baik, semua elemen baik pemerintah, guru, siswa dan orang tua harus berkontribusi. Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi Milenial Pendidikan ini sangat penting untuk diberikan kepada siswa, untuk membakukan pengetahuan umum yang diperoleh. Jika ada keseimbangan antara kecerdasan ilmiah dan sifat baik siswa, mereka dapat menghasilkan orang-orang hebat yang penuh bakat. Dalam melaksanakan pendidikan perilaku, ada beberapa unsur yang harus dimasukkan di dalamnya. Hal ini agar proses pendidikan benar-benar berhasil. Saya suka Sikap religius terhadap siswa harus diberikan terlebih dahulu. Melalui hal tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan sikap, karakter dan perilaku kebhinekaan yang akan muncul di masa mendatang. Oleh karena itu, sangat penting untuk memprioritaskan pembangunan agama. Sikap ini sebaiknya ditekankan pada saat siswa masih duduk di taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Upaya pendakian juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Selain itu, lingkungan sekolah juga diharapkan dapat membantu. Pidato Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Remaja Itu dilakukan menurut Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, setiap orang memiliki batasan-batasan tertentu sesuai dengan kebiasaan agamanya. Harus diingat bahwa penting bagi seseorang untuk memupuk kecintaannya pada bangsanya. Tujuannya adalah untuk menciptakan karakter yang kuat dan semangat untuk berpartisipasi dalam membangun segalanya untuk kemajuan negara kita tercinta, Indonesia. Jika seseorang benar-benar memiliki jiwa patriotik yang kuat, ia tidak akan segan-segan berkorban untuk bangsa dan berani memantapkan dirinya sebagai penggagas perubahan untuk menjadikan generasi mendatang lebih baik. Loyalitas memiliki efek positif pada banyak aspek kehidupan, sekarang dan di masa depan. Kepercayaan adalah investasi berharga dan modal dasar untuk komunikasi yang efektif dan membangun hubungan yang sehat. Himpaudi Ingatkan Pentingnya Pendidikan Karakter Dan Bahaya Gadget Anak setia sebagai individu dan menanggapi berbagai rangsangan di lingkungan eksternal, mereka dapat memiliki hubungan yang seimbang dan komunikasi yang baik dengan orang lain. Berdasarkan hubungan tersebut, akan tercipta kepercayaan di antara keduanya. Oleh karena itu, kejujuran harus diajarkan. Peduli adalah sikap dan tindakan selalu ingin membantu orang lain dan mereka yang membutuhkan. Kecemasan anak dapat dibawa ke sekolah dengan cara yang semenarik mungkin. Dengan sikap peduli yang melekat pada siswa sejak kecil, mereka akan disayangi oleh banyak teman. Maka, ketika orang tersebut membutuhkan bantuan, akan selalu ada malaikat penolong manusia yang membantunya. Pendidikan merupakan faktor kunci dalam pembangunan bangsa. Salah satu upaya tersebut bertujuan untuk membentuk perilaku masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus terus berlanjut di semua jenjang pendidikan. Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dengan cepat mempromosikan sistem pendidikan ini dalam berbagai kurikulum. Diharapkan ke depan pemerintah berhasil menciptakan generasi bangsa yang baik dan berkepribadian hebat. Perkembangan teknologi dan komunikasi berdampak pada banyak bidang kehidupan. Hal ini harus diimbangi dengan sistem pendidikan yang baik, berkualitas dan berkepribadian. Diantaranya, untuk meningkatkan pendidikan karakter siswa. Pendidikan berbasis karakter ini sangat penting, karena dapat menjamin terbentuknya generasi yang berkepribadian luhur. Misalnya dengan mengajarkan nilai-nilai kebaikan seperti kerja, kejujuran, keberanian, kesetiaan dan sebagainya. Selain sebagai upaya untuk membentuk kepribadian yang baik, pendidikan karakter dapat meningkatkan keberhasilan akademik. Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian anak berperan penting dalam meningkatkan prestasi akademik. Tantangan Penerapan Pancasila Pada Generasi Milenial Tidak hanya itu, pendidikan karakter juga merupakan upaya investasi masa depan yang lebih baik bagi anak-anak. Sedangkan yang berkarakter dapat mewariskan bangsa dengan jujur dan dapat dipercaya. Tentu saja, ini penting untuk beberapa tahun ke depan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai model pendidikan yang menekankan pada upaya penciptaan nilai-nilai moral dalam diri siswa. Pendidikan ini memiliki beberapa keistimewaan yang harus dipahami, khususnya bagi seluruh pendidik. Menurut salah satu pendiri pendidikan perilaku, warga negara Jerman bernama Fw Foester, setidaknya ada empat ciri utama pendidikan perilaku. Berikut detailnya Ciri pertama dari pendidikan karakter adalah lebih menekankan pada nilai-nilai bersama. Nantinya, nilai-nilai tersebut akan ditekankan kepada siswa untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Lima Solusi Terbaik Pendidikan Yang Tepat Di Era Milenial Sistem pendidikan ini juga menekankan keseimbangan untuk membangun rasa percaya diri dan percaya diri siswa. Upaya ini ditujukan untuk menciptakan kepribadian yang tangguh dalam segala situasi. Mereka juga akan menjadi pribadi yang tidak takut dengan segala resiko dan tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal baru. Aspek pendidikan karakter selanjutnya adalah kemandirian. Intinya siswa dapat mempraktekkan aturan-aturan yang ada dan benar-benar menghayatinya sebagai nilai-nilai. Upaya tersebut sangat penting dalam rangka mewujudkan jati diri generasi bangsa yang mandiri tanpa campur tangan pihak manapun. Selain itu, mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh tekanan dan kendala eksternal. Wajah Baru Pendidikan Karakter Melalui Media Sosial Konsistensi dan kejujuran merupakan ciri utama pendidikan karakter menurut Fw Foester. Kejujuran adalah dasar dari rasa hormat terhadap setiap pilihan. Ketika datang ke keberlanjutan, itu menjadi tekad para siswa untuk menciptakan sesuatu yang terlihat lebih baik. Stabilitas dan kepercayaan ini sangat penting bagi anak bangsa untuk tumbuh di Indonesia yang adil di masa depan. Oleh karena itu, nilai ini sangat penting untuk dimasukkan dalam pendidikan karakter sejak kecil. Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru sekolah, tetapi juga tanggung jawab orang tua, tokoh agama, dan warga negara pada umumnya. Jika semua elemen bekerja sama dalam hal ini, nilai-nilai pendidikan saat ini akan lebih cepat terwujud. Pembahasan tentang pendidikan karakter berakhir. Kami berharap dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi semua orang, khususnya siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Namun, itu juga termasuk protokol. Nikmati prosesnya dan jangan pernah berhenti belajar Di era digital pentingnya pendidikan perilaku sangatlah penting. Dengan banyaknya eksperimen dan keyakinan dengan keterampilan teknologi, diharapkan pendidikan perilaku dapat membentuk perilaku seseorang sehingga berdampak positif bagi perkembangan emosi, spiritual, dan pribadi. Pembentukan Karakter Generasi Milenial Upaya Mendidik Dan Mendewasakan Bagi suatu bangsa, pendidikan karakter merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam membangun jati diri bangsa. Dan jika sifat generasi bangsa buruk, bagaimana masa depan bangsa kita? Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui hal ini. Adapun beberapa orang yang menyadari pentingnya masalah ini, mereka telah mengambil langkah-langkah kecil, tidak diragukan lagi. Tidak dapat dipungkiri bahwa era digital saat ini sangat cepat, namun tidak diimbangi dengan perilaku yang baik. Maka dari itu pentingnya pendidikan karakter di era digital seperti sekarang ini. Dunia digital telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Mulai dinikmati dari orang dewasa hingga anak-anak. Adanya dunia digital yang begitu nyaman dan cepat tentunya akan menjadi gaya hidup yang tidak terpisahkan. Padahal, di satu sisi menawarkan kemudahan akses, memperoleh informasi terupdate, dll. Jadi bagaimana dengan sisi negatif dari konsumsi digital? Hadapi Tantangan Zaman, Disdik Gelar Seminar Penguatan Pendidikan Karakter Di Era Milenial Oleh karena itu, dalam acara ini saya akan menjelaskan betapa pentingnya menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi generasi milenial? Agar tidak memakan waktu terlalu lama, mari kita simak berikut ini. Benarkah digital selalu positif? Jawabannya tentu saja tidak. Masih ada sisi negatifnya bagi mereka yang tidak bisa menggunakan digital secara bijak dan cerdas. Alih-alih mendidik, itu mendemoralisasi dan mendemoralisasi. Apalagi jika orang tersebut adalah anak-anak dan remaja yang kemampuan kognitifnya belum terbentuk sempurna. Masih sangat berbahaya untuk mendapatkan kesalahan pengambilan informasi. Setidaknya itulah yang saya lihat ketika saya melihat dan melihat dari studi psikologi saya. Pentingnya pendidikan karakter mulai ditekankan di sini. Kita bisa merasakan dampak digital langsung. Dalam satu menit saja, kita bisa melihat puluhan atau ratusan berita. Jika informasi yang masuk ke otak tidak terkelola dan tidak ada pengendalian emosi yang baik, maka efeknya bisa berupa perasaan negatif. Menjaga Pendidikan Karakter Siswa Di Era Digital Ada berbagai jenis emosi negatif. Ada rasa cemburu, dengki dan perasaan “ingin menjadi” ini dan itu. yaitu, kepribadian dan karakter kita terlempar. Ibarat kata, otak kita seperti kartu memori dengan kapasitas tertentu. Jika RAM yang kita miliki cepat, bagus untuk menangkap banyak informasi. Bagaimana jika kapasitas memori kita terbatas? Yang terjadi adalah kita terlalu banyak berada di berita. Pendidikan karakter akan menjadi benteng terhadap masuknya budaya negatif yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Anak harus dilatih sejak dini agar memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terpengaruh arus negatif di era digital. Efek overdosis informasi pasti akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencerna. Menurut Baron dan Byne, manusia cenderung melihat berita negatif daripada berita positif. Dalam keadaan kognitif kita yang terbatas, atau ketika kapasitas memori otak kita terbatas, kita cenderung lebih banyak menangkap informasi negatif daripada informasi negatif. Inilah mengapa digital berbahaya bagi generasi milenial. Kita tahu bahwa di era digital informasi apapun bisa diakses. Tidak ada filter selain diri kita sendiri, oleh karena itu pendidikan karakter diperlukan untuk mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi informasi digital yang negatif. Apakah ini sebuah contoh? Banyak, topik ekstrim, ide atau pertunjukan liberal yang tidak boleh ditampilkan. Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Di Era Milenial Nah, bagi orang dewasa dan orang tua mungkin semua ini bukan masalah. Namun untuk anak-anak dan remaja di bawah usia 25 tahun, mereka mungkin tidak merespon secerdas orang dewasa. Belum lagi efek digital negatif lainnya. Kita tahu bahwa banyak milenial bermain di jejaring sosial mereka facebook, twitter, IG, youtube, WA, dll. Di mana mereka tidak hanya melihat postingan, tetapi juga komentar dari netizen. Namanya juga opini, tentu banyak tersebar opini. Peluang usaha di era milenial, buku pendidikan karakter di era milenial, pendidikan karakter di era milenial, usaha milenial di era digital, usaha di era milenial, pentingnya pendidikan karakter bagi generasi milenial, jurnal pentingnya pendidikan karakter pdf, bisnis di era milenial, hijrah di era milenial, pidato pendidikan karakter di era milenial, pentingnya pendidikan karakter pdf, pendidikan karakter di era revolusi industri
Duniasaat ini sudah move on memasuki era millennials. Era ini digambarkan sebagai sebuah periode waktu di mana teknologi berkembang pesat dan menjadi sebuah gaya hidup bagi generasi di dalamnya. Generasi millennials menjadi sebutan bagi orang yang lahir sekitar tahun 1980 hingga 1999.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Dengan adanya pendidikan karakter ini, diharapkan generasi milenial bisa lebih memperhatikan dan memfilter setiap budaya yang masuk, dengan arti dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk secara bijak."ABSTRAK Kemajuan ilmu teknologi dan komunikasi pada era globalisasi ini sangat mengkhawatirkan, terlebih lagi bagi generasi yang biasa disebut generasi milenial. Zaman sekarang anak-anak maupun remaja cenderung tidak bisa hidup tanpa gadget. Alih-alih belajar, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadgetnya. Hal ini dikarenakan arus globalisasi yang semakin meluas membawa perubahan yang signifikan pada generasi milenial ini. Mereka cenderung diperbudak oleh media masa yang semakin canggih dari waktu ke ketatnya arus perubahan zaman, kini setiap individu harus pintar-pintar menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Maka diperlukan pendidikan karakter untuk mengantisipasi dan meminimalisir perilaku setiap individu agar tidak mengikuti tren atau budaya globalisasi yang masuk. Dengan adanya pendidikan karakter ini, diharapkan generasi millennial bisa lebih memperhatikan dan memfilter setiap budaya yang masuk, dengan arti dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk secara kunci Globalisasi, milenial, gadget, media masa, pendidikan, karakter, pendidikan karakter Baca juga Urgensi Bimbingan Konseling di Lingkungan Sekolah Luar BiasaPENDAHULUANIstilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari milenials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika. Generasi milenial biasa disebut dengan generasi Y atau akrab disebut dengan echo boomers. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Karena itu, pendidikan karakter ini sangat mendasar, dan masalah ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Malaysia," kata Mendikbud saat memberikan pidato kunci pada seminar pendidikan "Perubahan Pola Pikir Pendidikan Era Milenial" di Jakarta, Selasa (6/3).
ArticlePDF Available AbstractThe discourse on character education is never dry, because until now, Indonesia is still orienting its education towards building national character. But this paper is a little different. Here, the character education model is more flexibly formulated to respond to the reality of the millennial era. Because the presence of the millennial era is a consequence of globalization, it is feared that many parties will weaken the nation's morality and personality. So that with a more flexible formula, it is expected that the millennial generation will be more comfortable following the learning process, without having to lose their ideal character as a generation that is critical, creative, and cultured. With methodological creations this paper tries to offer a model of character education that further suppresses the media-based learning process on four things scientific honesty, tabayyun method cross check, encouraging creativity, and building humanist interactions. An educational idea for the millennial generation, which requires the running of an information technology-based education process while being oriented towards character building Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202268Volume 9 No. 2, Juli-Desember 2022P-ISSN 2406-808X // E-ISSN 2550-0686 Karakter di Era MilenialMustamar Iqbal SiregarIAIN Langsa –Acehmustamariqbalsiregar discourse on character education is never dry, because until now,Indonesia is still orienting its education towards building national character. But thispaper is a little different. Here, the character education model is more flexiblyformulated to respond to the reality of the millennial era. Because the presence of themillennial era is a consequence of globalization, it is feared that many parties willweaken the nation's morality and personality. So that with a more flexible formula, itis expected that the millennial generation will be more comfortable following thelearning process, without having to lose their ideal character as a generation that iscritical, creative, and cultured. With methodological creations this paper tries to offera model of character education that further suppresses the media-based learningprocess on four things scientific honesty, tabayyun method cross check,encouraging creativity, and building humanist interactions. An educational idea forthe millennial generation, which requires the running of an information technology-based education process while being oriented towards character Character, and Millennial tentang pendidikan karakter tak pernah kering, karena hingga saat ini,Indonesia masih mengorientasikan pendidikannya ke arah pembangunan karakterbangsa. Namun tulisan ini sedikit berbeda. Di sini, model pendidikan karakter lebihdiformulasikan secara fleksibel untuk merespon realitas era milenial. Sebab kehadiranera milenial sebagai konsekuensi globalisasi, dikhawatirkan banyak pihak akanmenggerus moralitas dan kepribadian bangsa. Sehingga dengan formula yang lebihfleksibel tersebut, diharapkan generasi milenial lebih nyaman mengikuti prosespembelajaran, tanpa harus kehilangan karakter idealnya sebagai generasi yang kritis,kreatif, dan berbudaya. Dengan kreasi metodologis tulisan ini mencoba menawarkanmodel pendidikan karakter yang lebih menekan proses pembelajaran berbasis mediapada empat hal kejujuran ilmiah, metode tabayyun cross check, mendorongkreativitas, dan membangun interaksi humanis. Sebuah gagasan pendidikan untukgenerasi milenial, yang menghendaki berjalannya proses pendidikan berbasisteknologi informasi sekaligus berorientasi pada pembangunan KunciPendidikan, Karakter, dan Era PendahuluanSeorang futurolog kenamaan Alvin Toffler membagi tahap kehidupan manusia kedalam tiga masa, yakni masa agricultural atau collision of waves, masa industry atau the Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202269architecture of civilization, dan globalisasi atau the new synthesis1. Pada tahapan yangpertama, masa agricultural, ditandai oleh orientasi kehidupan pada masa lampau,menggunakan teknologi sederhana, bekerja tanpa perencanaan, kurang menghargai waktu,pertemuan face to face, ukuran kekayaan pada tanah dan hewan ternak. Sedangkan pada masaindustri dan globalisasi ditandai oleh orientasi kehidupan pada masa sekarang dan yang akandatang, menggunakan teknologi modern, bekerja dengan perencanaan, amat menghargaiwaktu, pertemuan jarak jauh, ukuran kekayaan pada penguasaan ilmu dan teknologi, dankhusus pada era globalisasi ditandai oleh penggunaan teknologi informasi dan komunikasiyang canggih berupa komputer, handphone, digital tecknology, dalam bentuk internet, smallmessage system, facebook, washapp, youtobe, instagram, dan milenial merupakan konsekuensi lanjutan next consequent dari gelombangketiga yang menekankan globalisasi. Kata millennial berasal dari bahasa Inggris millenniumatau millennia yang berarti masa seribu rahun2. Millennia selanjutnya menjadi sebutan untuksebuah masa yang terjadi setelah era global, atau era modern. Karena itu, era millennial dapatpula disebut era post-modern. Era ini oleh sebagian pakar diartikan sebagai era back tospiritual and moral atau back to religion, yaitu masa kembali kepada ajaran spiritual, moraldan agama. Makanya era millennial sebagaimana yang terjadi saat ini selain memiliki ciri-ciriera post modern, juga masih memiliki ciri-ciri era globalisasi yang antara lain ditandaidengan adanya persaingan yang ketat sebagai akibat dari pasar bebas free market; tuntutanuntuk memperoleh perlakuan yang lebih adil, egaliter, manusiawi, dan demokratis, sebagaiakibat dari fragmentasi politik; hegemoni politik sebagai akibat dari adanyakesalingtergantungan interdependensi; harus belajar kembali sebagai akibat dari kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi; serta adanya kemerosotan moral moral decadency sebagaiakibat dari masuknya budaya baru yang tidak sejalan dengan nilai-nilai ajaran yang demikian itu merupakan tantangan tersendiri bagi prosesjalannya pendidikan di Indonesia, yang saat ini sedang gencar-gencarnya menyuarakanrevolusi mental, atau pendidikan karakter. Tantangan yang hadir dalam bentuk pergeseranshifting kultural itu tidak dapat dihadapi dengan sikap depensif. Sebaliknya, meminjamistilah Amin Abdullah4, dibutuhkan cognitive flexibility dalam merespon perkembanganjaman, namun tidak pula mengekor seperti kerbau yang tusuk hidungnya. Artinya dalamkonteks kekinian, dibutuhkan kemahiran dalam merumuskan seperti apa model pendidikankarakter yang tepat untuk dilakukan di era milenial. Supaya peserta didik generasi milinealmerasa nyaman belajar, unggul dan berprestasi, produktif, kreatif, dan Defenisi Pendidikan KarakterPendidikan diartikan sebagai bentuk usaha manusia dewasa yang telah sadar akankemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai sertadasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda untuk mengubah dan meningkatkankualitas personalnya5. M. Ngalim Purwanto mendefinisikan pendidikan sebagai usahameningkatkan kemampuan individu, khususnya anak, berupa pimpinan yang diberikan1Alvin Toffler, Author of Future Shock, The Third Wave, New York William Morrow and Company,Inc, 1980, hal. M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cetakan Ketujuh, Jakarta 1980, hal. Bell, Introduction of Cyberculture, London Routledge, 2001, hal. diakses pada tanggal 12 Desember 2018, Fisafat Pendidikan Untuk IAIN, PTAIN, PTAIS, Cetakan ke-dua, Bandung CV. PustakaSetia, 2000, hal. 13. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202270dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak dalam pertumbuhannya jasmani dan rohaniagar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat6. Berbeda lagi dengan para tokoh UNESCOyang mendefenisikan pendidikan sebagai “education is now engaged is preparinment for atipe society which does not yet exist“, atau pendidikan sekarang yang terlibat dengan seriusuntuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang belum ada7. Sementaramenurut Garten. V. Good dalam dictionary of education mengemukakan bahwa pendidikanmengandung pengertian sebagai suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalambentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakat dan professionalitas di manaseseorang dipengaruhi oleh sesuatu yang D. Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secarasadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menujuterbentuknya keperibadian yang utama. Pengertian pendidikan ini juga dijelaskan dalamUndang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, "pendidikan dirumuskansebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajarandan atau latihan bagi perannya di masa yang akang datang.”Sedangkan dalam pengertianyang luas dijelaskan bahwa pendidikan meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tuauntuk mengalihkan melimpahkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan sertaketerampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapatmemenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah. Tetapi, beragam pandangantersebut memiliki titik temu persamaan pada pengertian yang mengatakan bahwa pendidikanmerupakan suatu proses orang dewasa yang secara sengaja mengarahkan pertumbuhan atauperkembangan seseorang yang belum dewasa. Proses yang dimaksud adalah kegiatanmengarahkan perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang merupakan jawabanatas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Maka, dengan pengertian atau definisi itu,kegiatan atau proses pendidikan hanya berlaku pada manusia, tidak pada hewan" karakter berasal dari bahasa yunani yaitu “charassein” yang maknanyamengukir sehingga terbentuk sebuah pola10. Proses pendidikan adalah proses “pengukiran”dan “nurturing” atau bahasa kitab sucinya proses “rabbanî”11yaitu pengukiran lewat prosespembiasaan, keteladanan, kedisiplinan dan sebagainya, sehingga terbentuklah sebuah polatingkah laku yang mulia, serta mukmin dan muttaqin. Kalau tidak, maka menurut Confuciusmanusia berubah menjadi etimologis, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahlipsikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkantindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itudapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untukkondisi- kondisi tertentu136M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Edisi Kedua, Cetakan Kelimabelas,Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2003, hal. Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Cetakan Pertama, Malang Bayu Media Publishing,2004, hal. Djumransjah, Pengantar..., hal. 249Anwar Jasin, Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis, JakartaConference Book, London, 1985, hal. Karen; D. Farmer, Kevin Ryan, Building Character in Schools Resource Guide, CaliforniaJossey Bass, 2001, hal. 4411Simak surat Ali Imran 79 “Walakin kûnû rabbaniyyîna”.12David Brooks and Goble, F. The Case for Character Education The Role of the School in TeachingValues and Virtue, California Studio 4, 1997, hal. Singh dan Mr. Agwan, Encyclopaedia of the Holy Qur’ân, New Delhi Balaji Offset,2000, Edisi I hal. 175. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202271Istilah karakter dan kepribadian atau watak sering digunakan secara bertukar-tukar,tetapi menurut Allport yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, menunjukkan kata watak berartinormatif, serta mengatakan bahwa watak adalah pengertian etis dan menyatakan bahwacharacter is personality evaluated and personality is character devaluated watak adalahkepribadian yang dinilai, dan kepribadian adalah watak yang dinilai. Jadi, karaktermerupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Mah Esa, dirisendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan pada norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya, dan adat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepadapopulasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta pembentukan dunia dipenuhidengan kebaikan dan kebijakan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan faktor yang menjadi unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalahpikiran. Karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk daripengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya16. Program ini kemudian membentuksistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisamempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika programtersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawakerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkanperhatian serius. Dalam hal pikiran ini, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam dirimanusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciritersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar conscious mind atau pikiranobjektif dan pikiran bawah sadar subconscious mind atau pikiran kenapa tujuan dan fungsi penyelenggaraan pendidikan nasional diarahkan padaupaya untuk mendidik, membimbing, membina, mengajarkan, membentuk manusia Indonesiayang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mampumewujudkan atau mengembangkan segala potensi yang ada pada diri manusia dalamberbagai konteks dimensi seperti moralitas, keberagaman, individualitas personalitas,sosialitas, keberbudayaan yang menyeluruh dan terintegrasi. Hal ini termaktub dalamUndang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, sebagaimana yang termuat pada Bab II Pasal 3, bahwa“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watakserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab” undang-undang tersebut di atas, dapat dimaknai sebagai upaya pendidikanuntuk mendorong terwujudnya generasi-generasi penerus bangsa yang memiliki karakterreligius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis. Pembangunan karakter yangmerupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi14Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung Remaja Rosdakarya, 2011, hal. Samani, Hariyanto, Konsep dan dan Model Pendidikan Karakter, Bandung RemajaRosdakarya, 2012, hal. Byrne, The Secret, Jakarta PT Gramedia, 2007, Murphy, Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar, Jakarta Spektrum, 2002, hal. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202272oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi danbelum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalammewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa danbernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasibangsa; dan melemahnya kemandirian mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimanadiamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahankebangsaan saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satuprogram prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalamRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN tahun 2005-2025, dimanapendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunannasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila” Karakteristik Era MillenialGenerasi millennial adalah salah satu kelompok usia dari beberapa kelompokpembagian subkultur berdasarkan usia20. Pembagian generasi, atau yang biasa disebutgenerasi kohort cohorts generation merupakan salah satu hal yang perlu diperhatian dalampengambilan keputusan pemasaran manajerial2122mengungkapkan bahwa generasimillennial lahir di antara tahun 1980 hingga adalah kata benda yang berarti pengikut atau kelompok. Saat ini ada empatcohort besar dalam demografi, yaitu Baby Boomer lahir pada tahun 1946- 1964, Gen-Xlahir pada tahun 1965-1980, Millennial lahir pada tahun 1981-2000, dan Gen-Z lahirpada tahun 2001-sekarang. Dalam literatur lain, Menurut Absher dan Amidjaya bahwagenerasi millennial merupakan generasi yang lahirnya berkisar antara 1982 sampai dengan2002, selisih yang tidak terlalu signifikan23. Generasi millennial saat ini pada tahun 2017adalah mereka yang berusia 17-36 tahun; mereka yang kini berperan sebagai mahasiswa,early jobber, dan orangtua muda; seperti Afgan, Raisa, Agnes Monica, dan Raffi ini mereka adalah idola masyarakat dengan ciri khas musik yang agak mellow danlirik selalu dibumbui percintaan dan data BPS yang dikeluarkan pada tahun 2013, jumlah millennial Indonesiapada tahun 2015 diperkirakan mencapai 33% dari total penduduk Indonesia. Artinya, totalpopulasi millennial pada tahun 2015 mencapai 83 juta jiwa. Pada tahun 2020, proporsimillennial dapat mencapai 34% yang akan berada pada usia 20 hingga 40 tahun. Pada tahuntersebut, generasi millennial akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia karenamulai berkurangnya populasi Gen-X dan Baby Boomer. Dengan demikian, terjadilah bonusdemografi. Populasi millennial terbanyak berada di pulau Jawa yang diperkirakan pada tahun2015 ada 47 juta dalam era millenial ini seperti google generation, net generation, echoboomers, dan dumbest generation. Oleh karena itu, masyarakat generasi millennial itu bisaditandai dengan meningkatnya penggunaan alat komunikasi, media dan teknologi informasi19Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta Panduan PelaksanaanPendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, hal. G. Schiffman & L. L. Kanuk, Consumer Behavior Tenth Ed, New Jersey Pearson, 2010.21P. C. Motta & C. Schewe, Are marketing management decisions shaped during one’s coming of age?Journal of Marketing Management Decisions, 1096-1110 tahun W. Fore, Next Generation Leadership Millennials as Leaders, United States ProQuest LLC,2012.23H. Ali & Lilik Purwandi, Millennial Nusantara Pahami Karakternya, Rebut Simpatinya, Jakarta PTGramedia Pustaka Utama, 2017, hal. Ali & Lilik Purwandi, Millennial..., hal. 8-11. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202273yang digunakan. Misalnya internet, MP3 player, youtube, facebook, instagram dan lainsebagainya. Generasi millennial merupakan inovator, karena mereka mencari, belajar danbekerja di dalam lingkungan inovasi yang sangat mengandalkan teknologi untuk melakukanperubahan di berbagai aspek Ali dan Lilik Purwandi menyimpulkan bahwa masyarakat Urban Middle-Class Millennial memiliki tiga karakter utama, yaitu 3C; connected, creative, dan connected, di mana generasi millennial adalah pribadi yang pandai bersosialisasi,terutama dalam komunitas yang mereka ikuti serta berkelana di media sosial. Kedua,creative, yaitu generasi yang biasa berpikir out of the box, kaya akan ide dan gagasan sertamampu mengomunikasikannya secara cemerlang yang dibuktikan dengan tumbuhnya industriyang dimotori oleh anak muda. Ketiga, confidence, yang ditandai dengan sikap percaya diri,berani mengungkapkan pendapat, serta tidak sungkan berdebat di depan publik, seperti yangterjadi di media gambar sudah banyak studi tentang generasi millenial di dunia, terutama diAmerika. Di antaranya studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group BCG bersamaUniversity of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American MillennialsDeciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center jugamerilis laporan riset dengan judul Millennials A Portrait of Generation penelitian-penelitian tersebut, karakteristik generasi millenial antara lainditandai dengan1. Millennial lebih percaya User Generated Content UGC daripada dibilang generasi millennial tidak percaya lagi kepada distribusi informasiyang bersifat satu arah. Mereka lebih percaya kepada user generatedcontent UGC atau konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan. Merekatidak terlalu percaya pada perusahaan besar dan iklan sebab lebih mementingkanpengalaman pribadi ketimbang iklan atau review konvensional. Dalam hal polakonsumsi, banyak dari mereka memutuskan untuk membeli produk setelahmelihat review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di Internet. Merekajuga tak segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka terhadap Millennial lebih memilih ponsel dibanding Fatmawati, “. P. 2010, Agustus. Fatmawati, Endang. Visi Pustaka, 122.26H. Ali & Lilik Purwandi, Millennial..., hal. UrbanMiddle ClassMillenials Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202274Generasi ini lahir di era perkembangan teknologi, Internet juga berperan besardalam keberlangsungan hidup mereka. Maka televisi bukanlah prioritas generasimillennial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagikaum millennial, iklan pada televisi biasanya dihindari. Generasi millennial lebihsuka mendapat informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Google atauperbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti, supaya tetap Millennial wajib punya media di antara generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berartikomunikasi itu selalu terjadi dengan tatap muka, tapi justru sebaliknya. Banyakdari kalangan millennial melakukan semua komunikasinya melalui text messagingatau juga chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profildirinya, seperti Twitter, Facebook, hingga Line. Kemudian akun media sosial jugadapat dijadikan tempat untuk aktualisasi diri dan ekspresi, karena apa yang ditulistentang dirinya adalah apa yang akan semua orang baca. Jadi, hampir semuagenerasi millennial dipastikan memiliki akun media sosial sebagai tempatberkomunikasi dan Millennial kurang suka membaca secara orang yang suka membaca buku turun drastis pada generasi generasi ini, tulisan dinilai memusingkan dan millennial bisa dibilang lebih menyukai melihat gambar, apalagi jikamenarik dan begitu, millennial yang hobi membaca buku masih tetap ada. Namun,mereka sudah tidak membeli buku di toko buku lagi. Mereka lebih memilihmembaca buku online e-book sebagai salah satu solusi yang mempermudahgenerasi ini, supaya tidak perlu repot membawa buku. Sekarang ini, sudah banyakpenerbit yang menyediakan format e-book untuk dijual, agar pembaca dapatmembaca dalam ponsel Millennial lebih tahu teknologi dibanding orangtua semua serba digital dan online, tak heran generasi millennial jugamenghabiskan hidupnya hampir senantiasa online 24/7. Generasi ini melihat duniatidak secara langsung, namun dengan cara yang berbeda, yaitu dengan berselancardi dunia maya, sehingga mereka tahu segalanya. Mulai dari berkomunikasi,berbelanja, mendapatkan informasi dan kegiatan lainnya, generasi millennialadalah generasi yang sangat modern, lebih daripada orang tua mereka, sehinggatak jarang merekalah yang mengajarkan teknologi pada kalangan Millennial cenderung tidak loyal namun bekerja pada tahun 2025 mendatang, millennial akan menduduki porsitenaga kerja di seluruh dunia sebanyak 75 persen. Kini, tak sedikit posisipemimpin dan manajer yang telah diduduki oleh millennial. Seperti diungkap olehriset Sociolab, kebanyakan dari millennial cenderung meminta gaji tinggi,meminta jam kerja fleksibel, dan meminta promosi dalam waktu setahun. Merekajuga tidak loyal terhadap suatu pekerjaan atau perusahaan, namun lebih loyalterhadap dirinya sendiri. Millennial biasanya hanya bertahan di sebuah pekerjaankurang dari tiga tahun. Namun demikian, sebab kaum millennial hidup di erainformasi yang menjadikan mereka tumbuh cerdas, tak sedikit perusahaan yangmengalami kenaikan pendapatan karena memperkerjakan Millennial mulai banyak melakukan transaksi secara teknologi menyebabkan kaum milenial lebih menyukai modeltransaksi pembelian yang bersifat tunai cashless. Generasi ini lebih suka tidakrepot membawa uang, karena sekarang hampir semua pembelian bisa dibayar Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202275menggunakan kartu, sehingga lebih praktis, hanya perlu gesek atau tapping, baiksaat menumpang transportasi umum, hingga berbelanja baju dengan kartu kreditdan kegiatan jual beli lain generasi milenial diungkapkan Abuddin Nata yang antara lain1 suka dengan kebebasan; 2 senang melakukan personalisasi; 3 mengandalkan kecepataninformasiyang instant siap saji; 4 suka belajar; 5 bekerja dengan lingkungan inovatif, 6aktif berkolaborasi, dan 7 hyper technology288 critivcal, yakni terbiasa berfikir out of thebox, kaya ide dan gagasan; 9 confidence, yakni mereka sangat percaya diri dan beranimengungkapkan pendapat tanpa ragu-ragu; 10 connected, yakni merupakan generasi yangpandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang mereka ikuti; 11 berselancar di sosialmedia dan internet29; 12 sebagai akibat dari ketergantungan yang tinggi terhadap internetdan media sosial, mereka menjadi pribadi yang malas, tidak mendalam, tidak membumi, atautidak bersosialisasi; 13 cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan, kegotong-royongan, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial; 14 cenderung bebas, kebarat-baratan dan tidak memperhatikan etik dan aturan formal, adat istiadat, serta Pendidikan Karakter untuk Generasi MillenialMengelola pendidikan di era milenial sudah tidak bisa dengan model pendidikankonvensional. Kecenderungan minat siswa yang dihadapi kini oleh para pengajar di sekolahsudah tidak sama dengan siswa masa lalu. Konsep pendidikan masa lalu, dalam gambaranFreire, disebut sebagai pendidikan gaya bank, yang justru mempertajam permasalahankontradiksi guru dan murid, dan miskin solusi. Bahkan Freire menyebutnya sebagaipendidikan kaum tertindas yang mencirikan a Guru mengajar, murid belajar; b Gurumengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa; c Guru berfikir, murid difikirkan; dGuru bercerita, murid patuh mendengarkan cerita; e Guru menentukan peraturan, muridpatuh diatur; f Guru memilih dan memaksakan pilihannya; g Guru berbuat, muridmembayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya; h Guru memilih bahan dan isipelajaran, murid menyesuaikan diri dengan pelajaran itu; i Guru mencampuradukkankewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untukmenghalangi kebebasan murid; j Guru adalah subjek dalam proses belajar, murid hanyalahobjek itulah, Freire manawarkan suatu konsep pendidikan yang disebut dengan“pendidikan pembebas”, yang menawarkan beberapa tawaran yang cukup signifikan untukmenjadikan siswa kreatif dan kritis dalam proses belajar a Pembaca harus mengetahui perandirinya; b Pada dasarnya praktek belajar adalah bersikap terhadap dunia; c Kapan sajamempelajari sesuatu, kita dituntut menjadi lebih akrab dengan bibliografi yang telah kitabaca, dan juga bidang studi secara umum atau bidang studi yang kita dalami; d Prilaku27Agnes Winastiti, Generasi Milenial dan Karakteristiknya, diakses dari pada tanggal 10/12/2018, pukul Tapscott, Grown Up Digital How the Net Generation is Changing Your World, AmerikaMcGraw Hill Professional, 2008.29Abuddin Nata, Pendidikan Islam di Era Milenial, IAIN Raden Fatah Jurnal Pendidikan IslamConciencia, diakses dari pada tanggal 12 Desember 2018, pukul hal. Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk, Jakarta LP3ES, 2000, Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202276belajar mengasumsikan hubungan dialektis antar pembaca dan penulis yang refleksinya dapatditemukan dalam tema teks tersebut, dan; e Prilaku belajar menuntut rasa rendah yang demikian itu disebabkan karena perubahan world view pandangan duniaterhadap ideologi yang berkembang. Kini, di hampir seantero dunia, suasana pendidikan telahdi-framing dengan nilai-nilai demokrasi. Cita-cita penyelenggaraan pendidikan dimuarakanpada upaya demokratisasi. Maka salah satu asupan ideologis generasi milenial saat ini adalahpendidikan demokratis. Dengan demokratisasi pendidikan setidaknya akan mendorong padamanifestasi tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis32,yakni suatu tatanan masyarakat yang telah memiliki sistem yang mengatur segala kegiatandengan baik, baik yang bersifat internal maupun ekternal. Maka dalam konteks pendidikan,proses demokratisasi pendidikan sejatinya membawa manfaat pada upaya reformasi praktikkehidupan ke arah terbangunnya 1 Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia; 2 Setiapmanusia memiliki perubahan ke arah pemikiran yang sehat; 3 Rela berbakti untukkepentingan dan kesejahteraan bersama33. Atau dalam kata lain, pendidikan sebagai haksetiap bangsa harus menghargai hak azasi manusia. Tidak boleh ada diskriminasi, apalagieksploitasi. Semua proses penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan kebutuhandasar manusia, berorientasi pada manusia dan kemanusiaan human and humanity oriented.Prinsip-prinsip demokrasi pendidikan di atas dipengaruhi oleh ide-ide dan yang lahirdari alam pikiran, sifat, dan jenis masyarakat dimana mereka berada. Sudah barang tentudalam sebuah masyarakat yang hidup di Indonesia, dengan ideologi demokrasi pancasilasebagai way of life, maka kultur pendidikan yang terbangun juga tidak terlepas dari nilai-nilaidemokrasi itu sendiri. Karena pengembangan demokrasi pendidikan itu sangat dipengaruhioleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat34. Perubahan model pendidikandari paradigma lama old paradigm ke arah demokrasi akan turut mengubah kulturpembelajaran. Sebagai contoh, guru yang dulunya dianggap sebagai transformator ilmukepada peserta didik, kini telah berubah menjadi fasilitator, dinamisator, mediator, danmotivator35. Keberadaan guru yang seperti inilah, menurut Paolo Freire, akan membuka krankebebasan, sekaligus mendorong terciptanya proses interaksi dinamis antara pendidik danpeserta didiknya dalam proses pembelajaran di kelas36. Jadi demokrasi pendidikan akanmendorong tumbuhnya iklim egalitarian kesetaraan atau kesamaan derajat dalamkebersamaan antara pendidik dan peserta didik. Di samping itu demokrasi pendidikan31Paulo Freire, Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah AgungPrihantoro, dkk, Yogyakarta Read bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2000, hal. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Dalam Abad 21, Cetakan pertama,Yogyakarta Safiria Insani Press, 2003, hal. dalam pendidikan menjamin nilai-nilai persaudaraan dan hak manusia denganmemandang perbedaan antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik atauhubungan antara peserta didik dengan gurunya yang saling menghargai danmenghormati. Dari acuan prinsipinilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena dengan pendidikan itu manusia akan berubahdan berkembang kearah yang lebih sehat, baik, dan sempurna. Sedangkan poin ketigamengacu pada asumsibahwasanya kesejahteraan dan kebahagiaan hanya akan dapat tercapai apabilasetiap warga negara atau anggotamasyarakat dapat mengembangkan tenaga atau pikirannya untuk memajukan kepentingan bersama. Lebih lanjutlihat; M. Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan..., hal. Fisafat..., hal. kerangka demokrasi, fasilitator pendidik harus memberi kesempatan kepada peserta didikuntuk menemukan sendiri makna informasi yang diterimanya. Sebagai dinamisator, pendidik harus berusahamenciptakan iklim pembelajaran yang dialogis dan berorientasi pada proses. Sebagai mediator, pendidik harusmemberikan rambu-rambu atau arahan agar peserta didik bebas berjalan. Sebagai motivator, pendidik harusselalu memberikan dorongan kepada peserta didik bersemangat dalam menuntut ilmu. Lebih lanjut lihat;Abdullah Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Cetakan pertama, Yogyakarta; Tiara Wacana,2006, hal. Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi..., hal. 155. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202277merupakan cara yang paling strategis bagi pembentukan civil society37. Sehingga sistemdemokrasi pendidikan akan dapat mengacu kepada proses pendidikan yang dilaksanakansesuai dengan cita-cita dan kehendak civil Indonesia, demokrasi sebagai framing besar pendidikan nasional berorientasi padapembentukan karakter. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untukmengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan mulia tersebut tentusaja bermuara pada adab. Supaya peserta didik menjadi manusia paripurna yangkarakteristiknya layak untuk dibebankan amanah dalam mengurusi berbagai persoalankehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih menjadi pemimpin di berbagai saja, di tengah realitas generasi milenial sekarang ini, setidaknya akanmemunculkan tiga dilema terkait upaya pendidikan karakter. Pertama, kehadiran teknologiinformasi mutakhir akan berakibat lahirnya sistem pembelajaran yang mekanik. Interaksiyang paling menguat di sini adalah interaksi mesin teknologi. Sehingga interaksi humanisbaik antara guru dengan siswa maupun antarsesama siswa akan tergerus. Kedua, konsekuensidari era milenial akan memanjakan peserta didik. Spirit kerja keras dan belajar keras studyhard di kalangan guru dan siswa akan melemah karena segalanya secara instan tersaji dalamlayanan internet. Alhasil kreatifitas peserta didik juga akan menurun. Mereka akan lebihgemar meniru ketimbang menciptakan yang baru. Dan ketiga, tingkat orisinalitas karya akanmenurun. Oleh karena kecanggihan teknologi dalam menyajikan data, tidak sedikit dosen,guru, mahasiswa, dan siswa yang membuat karya secara demikian, untuk menyikapi hal tersebut tidak lantas solusinya denganmeniadakan perangkat teknologi dalam proses pembelajaran. Itu sama saja denganmengembalikan pendidikan ke paradigma lama. Jika itu terjadi, maka sekolah kembalimenjadi tempat yang membosankan, menjenuhkan, bahkan menakutkan bagi peserta sistem pembelajaran yang baik, selain efektif dan efisien, juga harus mempunyaidaya tarik39. Sementara generasi milenial, yang lebih tepat disebut sebagai “generasi media”,adalah generasi yang tiada hari tanpa media. Tentu saja pembelajaran yang menarik bagimereka adalah pembelajaran yang berbasis media. Untuk itu, diperlukan pendekatan barudalam mendampingi siswa ketika menggunakan media dalam proses pembelajaran, yangmenurut Arsyad diklasifikasikan pada empat kelompok40 1 Media hasil teknologi cetak; 2Media hasil teknologi audio-visual; 3 Media hasil teknologi berbasis komputer; 4 Mediahasil gabungan teknologi cetak dan penulis, beberapa penekanan yang perlu dilakukan oleh guru dalam prosespembelajaran terhadap generasi milenial antara lain, pertama, kejujuran ilmiah. Dalamkonteks ini seorang guru atau dosen harus benar-benar memeriksa karya tulis siswa, apakahorisinal atau plagiasi. Dengan alat bantu teknologi sebetulnya guru dan dosen dengan begitumudah dapat mendeteksi orisinalitas karya siswa melalui aplikasi. Namun tidak semua guru37Menurut Dawam Raharjo, muncul tiga asumsi seputar hubungan civil society dengan demokrasi,pertama; demokrasi hanya dapat berlangsung apabila social society sudah kuat. Kedua; demokrasi hanya dapatberlangsung apabila peranan negara dikurangi tanpa mengurangi aspek efektivitas dan efisensi yangmenyertainya dan pertimbangan pembagian kerja yang saling memperkuat antara masyarakat dan demokratisasi dapat berkembang melalui peningkatan kemandirian atau independensi civil society daritekanan dan kooptasi negara. Dari korelasi diatas pendidikan sungguhnya bisa menjadi sarana yang strategisbagi penciptaan civil society dan demokrasi. Lihat; Abdullah Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi..., hal. Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi..., hal. Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi danKomunikasi; Mengembangkan Profesionalitas Guru, Jakarta PT. Rajagrafindo Persada, 2013, hal. Arsyad, Media Pembelajaran, JakartaGrafindo Persada, 2002, hal. 35. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202278dan dosen melakukan ini. Apalagi jika karya tulis tersebut dikumpul dalam bentuk hard para guru dan dosen dapat mengantisipasinya dengan turut mengumpulkan softcopy karya tulis siswa, supaya memudahkan mereka untuk mendeteksi begitu, peserta didik akan terlatih bersikap jujur dan bertanggungjawab. Dan tradisikejujuran ilmiah akan terbangun dalam proses metode tabayyun. Istilah tabayyun merupakan terminologi Islam yangdireaktualisasi sebagai “senjata” dalam merespon fenomena hoax berita bohong yang akhir-akhir ini menghantui generasi milenial. Metode ini dirujuk dari al-Qur’an, dimana Allahmengatakan“Hai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu seorang yang fasikmembawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamutidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yangmenyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orang-orang yang menyesal” 6 metode tersebut bersumber dari ajaran Islam, namun melihatsignifikansinya, metode tersebut bisa dijadikan sebagai metode umum dalam menangkalhoax. Mungkin tidak harus menggunakan istilah tabayyun. Bisa saja digunakan padanannyasemisal korektif, mawas, atau selektif. Metode seperti ini sangat diperlukan di tengah bangsayang sedang dilanda wabah virus historis, perilaku hoax bukanlah barang baru. Bahkan ia telah ada sejak awalmula manusia, yakni di jaman Nabi Adam. Hanya saja, hoax di era millenial kini merambahmelalui media. Ia muncul hadir di gadget masing-masing dengan bantuan saluran internet,baik melalui aplikasi WA Whatshap, Instagram, Fecebook, dan lain-lain42. Sementaragenerasi millenial tidak pernah lepas dari gadget. Seperti yang telah dikemukakansebelumnya, pendidikan di era millenial juga tidak bisa lepas dari penggunaan perangkatteknologi informasi berbasis internet. Dan faktanya, sudah tidak sedikit kasus hoax yang telahmembuat gaduh republik ini. Salah satu contoh yang paling teranyar adalah kasusRachmawati yang mengatakan ia dipukuli sampai babak belur, padahal ternyata berita itubohong. Alhasil beliau masuk penjara hanya gara-gara kasus hoax itulah, di era globalisasi sekarang ini, di mana kebebasan informasi kianterbuka lebar, dan dunia seakan telah menjadi kampung global global village43, makagenerasi milenial dituntut untuk lebih selektif dalam membaca berita dan informasi. Dalamhal ini peran guru dan dosen sangat signifikan untuk mengarahkan proses pembelajaran kearah penemuan informasi-informasi yang akurat. Paling tidak ada dua cara yang dilakukanguru dan dosen. Pertama, membangun budaya berpikir logis, di mana peserta didik diarahkanuntuk memahami secara logis segala informasi yang dibaca. Terkadang ada berita yang tanpamelakukan cross check pun, dengan membaca narasi beritanya saja, kita sudah tau bahwaberita tersebut unrasionable tidak masuk akal. Di sinilah peran logika peserta didik perlu di-on-kan. Karena jika logika mereka off, maka berita hoax akan mudah masuk. Kedua,melakukan cross check terhadap berita. Namun kendalanya, terkadang berita yang ingin di-cross check terhadap fakta-fakta empirik mengalami kelemahan karena letak geografis tempatperistiwa terjadi sangat jauh. Sehingga dalam konteks ini peserta didik tetap diarahkan untuksenantiasa ragu, sebelum fakta kebenaran dari berita itu ditemukan. Kecuali jika berita yang41Tim Penyusun Departemen Agama, al-Qur’an Terjemah, Semarang Cv Toha Putra, 1989, Kholis, “Melawan Budaya Informasi Hoax”, Dalam A. Wahyudin, & M. Suantari, Melawan Hoaxdi Media Sosial dan Media Massa, Yogyakarta Trust Media Publishing, 2017, hal. Al Walidah, Tabayyun di Era Generasi Millenial, JURNAL LIVING HADIS, Vol. 2 Nomor 1,Oktober, 2017, hal. 328. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202279disajikan dalam bentuk video visual, dengan catatan video tersebut telah medorong kreativitas. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnyabahwa generasi milenial ini berpotensi untuk menjadi generasi copy-paste. Ini berbahaya bagimasa depan kreativitas peserta didik. Karenanya para guru dan dosen di era milenial sejatinyamengalokasikan waktu untuk mengarahkan mereka dalam melakukan kerja-kerja kreatif. Adakalanya guru dan dosen mengajak peserta didik untuk merumuskan, merancang, danmemikirkan sesuatu secara kreatif tanpa menggunakan alat bantu internet google. Supayapeserta didik terbiasa berpikir kreatif, tidak hanya mengutip dan meniru apa yang telah adadari sumber internet. Sedangkan yang keempat adalah menghidupkan interaksi diakui bahwa perkembangan teknologi mutakhir bisa menggantikan peran danpositioning guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Jika ini terjadi, bisa-bisaproses pembelajaran hanya berisi interaksi vis a vis antarmesin, tidak ada manusia daninteraksi kemanusiaan. Untuk itulah para guru harus menekankan interaksi humanis dalamproses pembelajaran meskipun penggunaan media teknologi informasi tetap ada. Sementarapenggunaan media teknologi informasi hanyalah alat bantu bagi guru, bukan wakil PenutupDari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pertama, pendidikan karakterdi Indoensia berorientasi pada pembangunan manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kedua, era milenial merupakankonsekuensi dari globalisasi, dan dapat disebut pula sebagai era post-modernisme. Sebuah erayang generasinya seringkali disebut sebagai generasi medsos, generasi gadget, dan generasigoogle. Atau dalam kata lain, generasi milenial adalah generasi yang ciri utamanya lebihakrab dengan suasana teknologi informasi. Ketiga, oleh karena liberalisasi teknologiinformasi dapat berimplikasi negatif terhadap penggerusan moralitas bangsa, makadiperlukan model pendidikan karakter yang lebih fleksibel untuk generasi milenial, yangantara lain menekankan proses pembelajaran berbasis media pada empat hal kejujuranilmiah, metode tabayyun cross check, mendorong kreativitas, dan membangun interaksihumanis. Pendidikan karakter dengan model demikian dalam proses pembelajaran berbasismedia teknologi informasi akan membangun suasana pembelajaran yang tidak hanyabersahabat dengan dunia teknologi, tetapi juga menguatkan kepribadian yang kritis, kreatif,jujur, bertanggungjawab, dan beradab civilized, sesuai dengan tujuan pendidikan nasionalitu PustakaAli, H. & Lilik Purwandi. 2017. Millennial Nusantara Pahami Karakternya, RebutSimpatinya. Jakarta PT Gramedia Pustaka A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Grafindo David. 2001. Introduction of Cyberculture. London Karen, D. Farmer, Kevin Ryan. 2001. Building Character in Schools ResourceGuide. California Jossey David and Goble, F. 1997. The Case for Character Education The Role of theSchool in Teaching Values and Virtue. California Studio Rhonda. 2007. The Secret. Jakarta PT W. Fore. 2012. Next Generation Leadership Millennials as Leaders. United StatesProQuest M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cetakan Pertama. Malang BayuMedia Publishing. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202280Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1980. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan Paulo. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk. Jakarta Paulo. 2000. Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan,Penerjemah Agung Prihantoro, dkk. Yogyakarta Read bekerjasama denganPustaka diakses pada tanggal12 Desember 2018, pukul Abdullah Dan Toto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Cetakan Tiara Anwar. 1985. Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam Tinjauan Conference Book, 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta PanduanPelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan N. 2017. “Melawan Budaya Informasi Hoax”, Dalam A. Wahyudin, & M. Suantari,Melawan Hoax di Media Sosial dan Media Massa. Yogyakarta Trust 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Dalam Abad 21,Cetakan pertama. Yogyakarta Safiria Insani P. C. & C. Schewe. 2008. Are marketing management decisions shaped during one’scoming of age? Journal of Marketing Management Decisions, Joseph. 2002. Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar. Jakarta Abuddin. 2018. Pendidikan Islam di Era Milenial, IAIN Raden Fatah JurnalPendidikan Islam Conciencia, diakses dari pada tanggal 12 Desember, 2000. Fisafat Pendidikan Untuk IAIN, PTAIN, PTAIS. Cetakan kedua. BandungCV. Pustaka M. Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi Kedua. CetakanKelimabelas. Bandung PT. Remaja Deni Kurniawan, Cepi Riyana. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasidan Komunikasi; Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan dan Model Pendidikan Remaja L. G. & L. L. Kanuk. 2010. Consumer Behavior Tenth Ed. New Jersey dan Mr. Agwan. 2000. Encyclopaedia of the Holy Qur’an. New DelhiBalaji Offset. Edisi Ahmad. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung Remaja Don. 2008. Grown Up Digital How the Net Generation is Changing Your McGraw Hill Penyusun Departemen Agama. 1989. al-Qur’an Terjemah. Semarang Cv Toha Alvin. 1980. Author of Future Shock, The Third Wave. New York William Morrowand Company, Inc. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202281Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Agnes. 2018. Generasi Milenial dan Karakteristiknya, diakses dari pada tanggal 10/12/, Iffah Al-. 2017. Tabayyun di Era Generasi Millenial. JURNAL LIVING HADIS,Vol. 2 Nomor 1, Oktober. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nusantara Pahami Karakternya, Rebut SimpatinyaH Daftar Pustaka AliLilik PurwandiDaftar Pustaka Ali, H. & Lilik Purwandi. 2017. Millennial Nusantara Pahami Karakternya, Rebut Simpatinya. Jakarta PT Gramedia Pustaka Pembelajaran. Jakarta Grafindo PersadaA ArsyadArsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Grafindo of CybercultureDavid BellBell, David. 2001. Introduction of Cyberculture. London Character in Schools Resource GuideKaren BohlinD FarmerKevin RyanBohlin, Karen, D. Farmer, Kevin Ryan. 2001. Building Character in Schools Resource Guide. California Jossey Case for Character Education The Role of the School in Teaching Values and VirtueDavid BrooksF GobleBrooks, David and Goble, F. 1997. The Case for Character Education The Role of the School in Teaching Values and Virtue. California Studio DjumransjahDjumransjah, M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cetakan Pertama. Malang Bayu Media M EcholsDan HassanShadilyEchols, John M. dan Hassan Shadily. 1980. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan Ketujuh. Jakarta Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkkPaulo FreireFreire, Paulo. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk. Jakarta Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah Agung Prihantoro, dkk. Yogyakarta Read bekerjasama dengan Pustaka PelajarPaulo FreireFreire, Paulo. 2000. Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah Agung Prihantoro, dkk. Yogyakarta Read bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.
Contohpidato pendidikan moral pelajar.Di era globalisasi ini pendidikan moral sudah dipandang sebelah mata. Sebelumnya kita telah mengetahui contoh pidato singkat tentang pendidikan karakter di mana contoh pidato dalam artikel tersebut berisi betapa pentingnya pendidikan karakter artikel kali ini juga akan menyajikan contoh pidato tentang pendidikan khususnya pendidikan moral seperti hanya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap tanggal 2 mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional atau Hardiknas. Hari pendidikan nasional ditetapkan pemerintah indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan taman siswa. Dia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak - anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengeyam bangku menurut Ki Hadjar Dewantara adalah tuntutan di dalam tumbuhnya anak - anak adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodarat yang ada pada anak anak itu agar menjadi anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi - tingginya. Tentu dalam proses pendidikan perlu adanya penanaman sebuah nilai karakter atau yang sering di kenal pendidikan karakter. Menurut Muslich Pendidikan karakter adalah usaha yang terarah melalui lingkungan pembelajaran untuk tumbuh kembangnya seluruh potensi manusia yang memiliki watak berkepribadian baik, bermoral, berakhlak dan berefek positif bagi masyarakat sekitar. Cara mendidik mereka lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat interaksi guru dengan murid lebih erat. Penanaman kekeluargaan sangat ditanamkan kepada seluruh siswa yang bertujuan untuk saling memiliki rasa empati, hormat dan saling rendah hati. Pendidikan merupakan suatu ajang yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, ketrampilan serta persaingan tentang moral dan karakter sebagai tumpuan utama untuk diajarkan kepada seorang anak. Lembaga pendidikan harus berlomba - lomba untuk menonjolkan kurikulum yang dipercaya bisa menciptakan generasi muda dari usia sedini mungkin, Salah satu yang mengubah pendidikan karakter adalah peran para orang tua yang masing - masing ingin anaknya tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain dengan prestasi yang anak buat. Bila dilihat dari tenaga pendidik zaman sekarang. Perekrutan tenaga pendidik sekarang lebih mengutamakan nilai kelulusan dan sertifikasi yang dimiliki era milenial sering dituntut dengan ekonomi sehingga membuat dedikasi mengajar sebagai suatu pelayanan menjadi berkurang. Masyarakat sekarang lebih mengarah ke individualis masing - masing mereka hanya ingin tenar dengan apa yang diperoleh. Interaksi pun semakin personal, Mereka lebih cenderung berinteraksi dengan orang jauh dibanding dengan orang disekelilingnya. Tentu ini berdampak pada pendidikan karakter anak yang semestinya dapat melatih komunikasi kepada orang perkataan Melisa Rosalina, "pendidikan membuat kepribadian seseorang siswa melalui budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang baik dari tingkah laku, sifat serta kebiasaan". Bagaimana cara menghormati, cara memiliki rasa empati dan lainnya. Seorang anak yang tumbuh kembang dalam lingkungan tanpa pendidikan karakter, mereka akan cenderung merenung dan menyendiri untuk melakukan segala sesuatu yang membuatnya senang tanpa berinteraksi dengan orang lain. Pendidikan karakter yang semestinya harus ditanamkan sedini mungkin. Karena dengan pendidikan karakter anak dapat mengembangkan potensi dasar dalam dirinya sehingga menjadi individu yang berfikir baik, baik hati serta berperilaku baik. Lihat Pendidikan Selengkapnya
Pendidikankarakter di sekolah tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan tetapi lebih dari itu misalnya penanaman moral, nilai-nilai etika, dan estetika dan penerapannya dikehidupan sehari-hari. Demikianlah Contoh Pidato Pendidikan Karakter Bagi Generasi Agama dan Bangsa, semoga bermanfaat. Lihat Postingan Lain : Contoh Surat Proposal
BANGUN PENDIDIKAN - Dalam dunia pendidikan, sebagai generasi muda, kamu diharapkan memiliki kecakapan dalam berbagai hal, termasuk berani tampil di depan umum untuk tujuan yang positif. Bagi sebagian orang, pidato mungkin mudah dilakukan, tetapi bagi yang lain, pidato bisa menjadi hal yang menakutkan. Namun, kecemasan tersebut bisa diminimalkan dengan persiapan yang matang. Salah satu hal yang bisa dipersiapkan adalah naskah pidato. Naskah pidato berfungsi sebagai garis besar atau gambaran pokok pembicaraan yang akan disampaikan. Ada berbagai tema yang bisa disampaikan dalam berpidato, salah satunya adalah pendidikan. Jika kamu mengalami kesulitan dalam membuatnya, berikut ini adalah beberapa contoh naskah pidato tentang pendidikan yang bisa kamu jadikan referensi. Yuk, kita simak bersama-sama! Pengertian Pidato Pendidikan Pengertian Pidato Pendidikan Yiskah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan pada orang banyak. Pidato berperan penting dalam menyampaikan gagasan atau ide kreatif yang menjadi informasi bagi para audiens. Pendidikan mengenai bahasa Indonesia dapat membantu seseorang dalam mengungkapkan ide atau pikiran dengan menggunakan rangkaian kata yang tepat dan ditujukan pada banyak orang, sehingga dalam berorasi dapat disampaikan dengan mudah. Contoh Pidato Singkat Tentang Pendidikan Contoh Pidato Singkat Tentang Pendidikan Yiskah Untuk lebih memahaminya, simak beberapa contoh naskah pidato tentang pendidikan berikut ini 1. Pidato tentang pendidikan pentingnya menuntut ilmu Yth. Hadirin yang berbahagia Puji syukur kepada Allah SWT, pada hari ini kita diberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berkumpul pada kesempatan yang baik ini dalam keadaan sehat walafiat. Pada pidato hari ini saya akan membahas tentang makna pendidikan dan pentingnya pendidikan bagi masa depan. Pendidikan merupakan proses belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Pendidikan bukan hanya proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan bertujuan meningkatkan sumber daya manusia dan mencetak generasi bangsa yang cerdas. Pendidikan memegang peranan penting di dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara karena disinilah cita-cita dan masa depan generasi penerus bangsa diletakkan. Hadirin yang berbahagia, Kita tahu pendidikan merupakan hal yang sangat penting, baik bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sayangnya tidak semua orang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan hingga tingkat pendidikan yang tinggi. Keterbatasan ekonomi dan keterbatasan akses membuat pendidikan sangat sulit untuk didapatkan oleh saudara-saudara kita di wilayah lain yang terpencil. Masih ingatkah Anda ada sebagian kecil saudara kita di daerah lain yang harus menyeberang sungai bertaruh nyawa demi bisa sampai di sekolah? Hal ini tentu membuat kita terenyuh. Di saat mereka ingin mendapatkan pendidikan yang baik, mereka terkendala akses menuju sekolah yang sulit dicapai. Oleh karena itu, bagi kita yang mendapatkan kemudahan untuk mengenyam pendidikan, mari gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan satu di antara cara untuk mencapai cita-cita. Anda bercita-cita ingin menjadi apa? Dokter? Insinyur? polisi? Presiden? pilot? Semuanya tidak akan tercapai tanpa pendidikan yang memadai. Pendidikan juga menjadi jalan termudah untuk memutus mata rantai kemiskinan karena kemiskinan erat kaitannya dengan kebodohan. Pendidikan yang cukup membuat orang lebih terdidik, lebih mudah mendapatkan informasi, dan lebih pintar. Hal ini membuat orang berpendidikan mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mendapatkan posisi karir yang lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih luas sehingga kesejahteraannya juga lebih baik daripada orang yang tidak berpendidikan. Hadirin sekalian yang saya hormati, Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara maupun kehidupan pribadi, mari siapkan diri untuk meraih pendidikan setinggi mungkin agar tercapai cita-cita yang diimpikan. Demikian apa yang bisa saya sampaikan pada pagi hari ini. Semoga memberikan manfaat bagi kita semua. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. 2. Pidato tentang Pendidikan Moral Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Para hadirin yang saya hormati, Dalam kesempatan kali ini, izinkan saya untuk memberikan pidato singkat yang bertema tentang pendidikan moral dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang saya sampaikan kali ini, saya tujukan untuk hadirin semua, terkhusus bagi saya sendiri juga. Bapak/Ibu sekalian, Berperilaku sesuai moral yang ada, akan memperkokoh kondisi bangsa. Sebab itu, penting bagi kita semua, agar senantiasa menjaga sisi moralitas diri, dari hal-hal yang merusak nilai kearifan. Dunia saat ini begitu memanjakan manusia, dengan beragam fasilitas dan kemajuan teknologi. Namun, kita tidak boleh lengah dan menyalahgunakan semua kemudahan tersebut. Hadirnya teknologi dan kemudahan hari ini, harus kita gunakan untuk tujuan-tujuan positif. Hadirin sekalian, Orang tua bertanggung jawab besar untuk memastikan anak-anaknya terhindar dari hal-hal yang merusak moral. Orang tua harus selalu mengarahkan sekaligus memberi contoh nyata, dalam mendidik moralitas putra-putri. Sangat penting bagi kita, untuk membentengi dan membangun pondasi, agar anak-anak tidak tercebur dalam perilaku yang tidak baik. Oleh sebab itu, saya mengajak Bapak/Ibu sekalian, serta diri saya sendiri, untuk selalu menjunjung nilai moral, etika dalam masyarakat, gotong royong, tenggang rasa, dan sikap saling menghargai. Semoga kita semua senantiasa dalam rahmat dan lindungan Allah Yang Maha Esa, dan anak-anak kita dilindungi dari segala hal yang merusak moralitas. Demikian pidato singkat dari saya, semoga memberi manfaat bagi hadirin semua. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 3. Pidato tentang pendidikan di era globalisasi Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bapak/Ibu yang terhormat, dalam era globalisasi saat ini, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi muda yang siap menghadapi tantangan dan peluang dalam dunia yang semakin kompleks dan beragam. Pendidikan di era globalisasi tidak hanya tentang mempelajari keterampilan dan pengetahuan teknis, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang berpikiran terbuka, kreatif, dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Pendidikan harus memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang berbagai budaya dan pandangan dunia yang berbeda, sehingga siswa dapat memahami perbedaan dan menerima keragaman dengan lapang dada. Dalam era globalisasi, teknologi juga memainkan peran penting dalam pendidikan. Teknologi memungkinkan siswa untuk mengakses sumber daya pendidikan secara global, mengembangkan keterampilan digital, dan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Namun, penggunaan teknologi dalam pendidikan harus diimbangi dengan penekanan pada pengembangan keterampilan sosial dan kepemimpinan yang penting untuk sukses di masa depan. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang peduli dengan masa depan generasi muda, kita harus memastikan bahwa pendidikan di era globalisasi memberikan fokus pada pengembangan keterampilan teknis, keterampilan sosial, dan pemahaman tentang keragaman global. Dengan cara ini, kita dapat mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang berdaya saing dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri dan sukses. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. 4. Pidato tentang pendidikan karakter di era milenial Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hari ini saya ingin berbicara tentang pentingnya pendidikan karakter di era milenial ini. Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, kita sebagai generasi milenial dihadapkan pada banyak tantangan yang belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangatlah penting bagi kita sebagai generasi muda. Pendidikan karakter adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik, moral yang kuat, serta sikap dan perilaku yang positif. Dalam era milenial ini, pendidikan karakter sangat penting untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kepedulian, serta rasa empati dan toleransi terhadap sesama. Pendidikan karakter juga dapat membantu kita dalam menghadapi permasalahan yang kompleks di era milenial ini. Dalam menghadapi situasi yang sulit, seperti tekanan sosial media dan pergaulan bebas, karakter yang kuat akan membantu kita untuk tetap teguh pada nilai-nilai yang benar dan berperilaku dengan baik. Oleh karena itu, sebagai generasi milenial yang cerdas dan berdaya saing tinggi, mari kita bersama-sama memperkuat pendidikan karakter dalam diri kita sendiri dan juga dalam lingkungan sekitar kita. Mulailah dengan melakukan perubahan kecil dalam diri kita, seperti menjadi lebih jujur, bertanggung jawab, dan berempati terhadap orang lain. Sekian pidato singkat dari saya mengenai pentingnya pendidikan karakter di era milenial ini. Mari kita bersama-sama memperkuat karakter diri kita agar dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar kita dan juga bagi generasi yang akan datang. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. 5. Pidato persuasif tentang pendidikan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada hari ini saya ingin berbicara tentang betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan kita. Pendidikan adalah kunci keberhasilan dan membuka jalan untuk kemajuan di semua aspek kehidupan. Tanpa pendidikan yang memadai, kita tidak dapat mencapai potensi penuh kita dan membangun karir yang sukses. Pendidikan memberi kita pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun profesional. Selain itu, pendidikan juga membuka pintu untuk kesempatan yang lebih baik, termasuk peluang pekerjaan yang lebih baik dan gaji yang lebih tinggi. Lebih dari itu, pendidikan juga memungkinkan kita untuk memahami dunia dengan cara yang lebih luas dan mempersiapkan kita untuk menjadi warga negara yang baik. Namun, sayangnya masih banyak orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke pendidikan yang baik dan terjangkau. Jadi, mari kita dukung pendidikan dan memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk mengambil bagian dalam kemajuan dunia. Pendidikan adalah investasi terbaik yang dapat kita buat, tidak hanya untuk masa depan kita sendiri, tetapi juga untuk masa depan generasi berikutnya. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Demikian contoh pidato singkat tentang pendidikan yang bisa Bangunpendidikan berikan kepada sahabat semua. Mudah-mudahan contoh pidato singkat tentang pendidikan ini bisa menjadi referensi dalam pembuat pidato tentang pendidikan.
ContohNaskah Pidato "Pendidikan Karakter Bagi Pelajar Indonesia" Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bapak/Ibu Guru yang saya hormati, serta teman-teman yang saya sayangi. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya, sehingga kita semua dapat berkumpul pagi ini dengan keadaan sehat wal'afiat.
Pidato Pendidikan Karakter Bagi Generasi Muda merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan kita, tanpa adanya pendidikan akan kehidupan kita akan tidak ada arah yang tepat. Maka dari itulah sebuah pendidikan ini sangat penting sekali terutama bagi generasi muda. Pidato Pendidikan Karakter Bagi Generasi Muda Untuk di era teknologi saat ini yang kian hari semakin terbaru, mendorong peran orang tua untuk selalu mengawasi serta mengarahkan putra dan putri kita dalam menggunakan teknologi itu dengan tepat agar tidak terjerumus di tempat yang salah. Disini bagi kamu yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama ataupun sekolah menengah atas perlu yang sangat di ketahui dan di jalankan ialah memanfaatkan ilmu dengan sebaik – baiknya. Contoh Pidato Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda Berikut ini ada contoh untuk Pidato Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda yang bisa kamu jadikan referensi untuk berbagi kepada teman – teman sekalian. Assalamu Alaikum Warohmatulahi Wabarokatuh Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim, Bismillahhirohmanirohim Wabihi nasta’inu ala umuriddunya waddin, assolatu wassalamu ala asrofil ambiya iwal mursalin Wa ala alihi wa sahbihi ajmain Yang saya hormati Kepala Sekolah Yang saya hormati Bapak / Ibu Guru serta teman – teman sekalian Pertama – tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadiran Allah SWT yang mana sampai saat ini kita masih berkumpul Bersama – sama disini dengan keadaan sehat wal afiat serta kita sampai saat ini masih bisa merasakan Pendidikan yang tidak semua teman – teman se usia kita di luar sana bisa merasakan Pendidikan. Banyak teman – teman kita di luar sana yang memiliki nasib sama dengan kita, pada saat ini bisa merasakan Pendidikan. Marilah kita Bersama – sama menjaga proses belajar kita untuk menimba ilmu yang sebaik – baiknya agar ilmu yang di berikan oleh Bapak dan Ibu Guru sampai kepada kita sekalian. Berbicara tentang Pendidikan tentunya teman – teman sekalian sudah tidak asing lagi dengan Ki Hadjar Dewantara, beliau merupakan sosok tokoh yang memperjuangkan hak – hak kita untuk senantiasa mengenyam dunia Pendidikan dan manfaatnya terasa sampai saat ini, maka dari itulah kita harus semangat dalam belajar agar perjuangan beliau tidak sia – sia. Semangat beliau yang meng gebu – gebu patut kita contoh sebagai teladan yang baik, apalagi saat ini sudah pada persaingan global kita sebagai murid yang belajar harus memanfaatkan hal ini dengan baik agar tidak ketinggalan zaman. Dan hal terpenting pada era saat ini ketika teknologi terutama gadget sudah menjamah di kehidupan sehari – hari kita, hal ini harus menggunakannya pada yang tepat. Teman – teman sekalian, tentunya kita sudah mengetahui dalam saat ini sudah banyak sekali yang sudah menggunakan Handphone, kita sebagai penerus bangsa dan generasi muda harus lebih gigih jangan sampai kalah dengan adanya gadget sehingga lupa untuk tujuan kita dalam belajar. Bapak dan Ibu Guru serta teman – teman sekalian yang saya sayangi, dengan apa yang saya sampaikan diatas sudah saatnya kita sadar dan kembali meluruskan tujuan kita untuk focus belajar agar kita mampu bersaing pada persaingan global seperti saat ini. Sekian untuk pidato singkat yang saya sampaikan, semoga bisa menjadi bermanfaat untuk saya sendiri dan khususnya untuk teman – teman yang saat ini masih mengeyam di bangku sekolah, Sekian Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Semoga dengan sedikit Contoh Pidato Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda diatas bisa membantu kamu sekalian dalam memahami dan mengerti betapa pentingnya sebuah pendidikan terutama bagi generasi muda yang saat ini kian hari kian salah tujuan dengan hadirkan gadget. Kenapa bisa demikian? Karena dengan hadirkan gadget tak jarang dari generasi muda saat ini lebih cenderung untuk bermain game, di bandingkan dengan memanfaatkan gadget tersebut untuk lebih bermanfaat. Dengan harapan adanya Contoh Pidato Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda ini membuka wawasan baru dan pola pikir baru untuk senantiasa belajar dengan tekun, fokus untuk belajar agar mampu bersaing dengan global, tetap semangat semoga bisa menjadi penerus bangsa yang gigih serta bermanfaat untuk orang tua dan bangsa. ARTIKEL LAINNYA
PidatoPendidikan Berkarakter. Pidato bahasa indonesia (pendidikan berkarakter) pidato b.indonesia : Kumpulan contoh pidato contoh pidato tentang pengaruh
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mampu menjadi solusi di tengah-tengah badai gelombang IT yang begitu dahsyat. Ada 18 delapan belas pendidikan karakter yang merupakan indikator dari sebuah pendidikan yang berkah. Pertama adalah religius, yang menghubungkan kita dengan Allah SWT, dan memanusiakan manusia. Kedua adalah jujur, hal yang berat dan pahit, serta butuh pembiasaan untuk pembudayaan. Ketiga adalah Toleransi, dimana hal ini wajib ada dalam keberagaman Indonesia. Keempat adalah disiplin, selalu komit dengan yang telah ditetapkan. Kelima adalah Kerja keras, karena tidak ada saat ini yang dapat kita raih dengan cuma-cuma. Keenam adalah kreatif, mampu menciptakan ide dalam setiap masalah yang dihadapi. Ketujuh adalah mandiri, mampu menyelesaikan masalah. Kedelapan adalah demokratis, mampu menampung setiap masukan yang diberikan. Kesembilan adalah rasa ingin tahu yang membuat kita selalu belajar. Kesepuluh adalah semangat kebangsaan, rasa memiliki dan memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Jadiyang dimaksud dengan pendidikan karakter di era globalisasi adalah usha sengaja dan sadar untuk mewujudkan nilai-nilai karakter inti pada peserta didik di tengah tantangan dan kondisi arus globalisasi yang terus berkembang. B. SEJARAH MULA GLOBALISASI
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 INTEGRALISTIK XXIX/2018 PENDIDIKAN KARAKTER SUATU KEBUTUHAN BAGI MAHASISWA DI ERA MILENIAL Margi Wahono1 Abstrak Pendidikan karakter kini menjadi salahsatu wacana utama dalam kebijakan nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan belajar serta mengajar yang ada dalam negara indonesia harus merujuk pada pelaksanaan pendidikan Karakter. Ini juga termuat di dalam Naskah Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 2010. Dalam naskah tersebut dinyatakan yakni pendidikan karakter menjadi unsur utama dalam pencapaian visi dan misi pembangunan Nasional yang termasuk pada RPJP 2005-2025. Bukan hanya itu dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU SIKDIKNAS menyebutkan ―Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab‖. PENDAHULUAN Dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup, aplikasi pendidikan karakter yang dapat diterapkan yakni; 1 Membangun karakter peduli lingkungan melalui keteladanan. Membangun karakter peduli lingkungan dalam diri seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keteladanan merupakan salah satu imbauan untuk digunakan dalam pengelolaan lingkungan sehingga terasa dampak yang muncul sangat dahsyat. Dalam dunia pendidikan sinergi antara rumah dan sekolah sangat membantu untuk membangun kepedulian lingkungan. Orang tua menjadi tempat pendidikan awal sebelum anak-anak mendapatkan pendidikan di tempat lain. Orang tua harus menanamkan kebiasaan peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. 2 Membangun karakter peduli lingkungan melalui pembiasaan. Berbagai program di sekolah bisa dijadikan program untuk membangun karakter peserta didik peduli lingkungan. Karena itu langkah-langkah pembentukan karakter bisa dilakukan semua warga sekolah dan menjadi pembiasaan. Pembiasaan yang dapat dilakukan adalah a Masukkan konsep karakter peduli lingkungan pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara a Menanamkan nilai kebaikan/manfaat bagi kehidupan apabila lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya. Membangun karakter peduli lingkungan di sekolah memerlukan tiga pilar. Pilar yang dipakai untuk mewujudkan sekolah berkarakter peduli lingkungan meliputi tiga hal. Pertama, membangun watak, kepribadian dan moral. Kedua, membangun kecerdasan majemuk. Ketiga, kebermaknaan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap pada landasan yang kokoh, maka 2 INTEGRALISTIK XXIX/2018 diperlukan kontrol agar segala upaya sesuai dengan skenario yang ada. Keteladanan dan pembiasaan merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter peduli lingkungan di sekolah dan harus menjadi pijakan menuju pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. Keteladanan dan pembiasaan harus tercermin dalam program-program yang dicanangkan sekolah dan akan terlihat perwujudannya dalam sikap dan kepedulian berprilaku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Jika ada sinergi antara sekolah dan rumah dalam membangun kepedulian terhadap lingkungan, maka anak-anak akan mampu menjadi agen perubahan lingkungan yang berkualitas di masa datang. Lickona 1992 menjelaskan beberapa alasan perlunya pendidikan karakter, di antaranya 1 Banyaknya generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral, 2 Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama, 3 Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan, 4 masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab, 5 Demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat, 6 Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan nilai-nilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain, 7 Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik, dan 8 Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik yang meningkat. Alasan-alasan di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan sedini mungkin untuk mengantisipasi persoalan di masa depan yang semakin kompleks seperti semakin rendahnya perhatian dan kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, tidak memiliki tanggungjawab, rendahnya kepercayaan diri, dan lain-lain. Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK Kemdikbud. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut 1. Religius Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu 3 dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta lingkungan. Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. 2. Nasionalis Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama. 3. Mandiri Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja kerja keras, tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, INTEGRALISTIK XXIX/2018 keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. 4. Gotong Royong Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. 5. Integritas Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral integritas moral. Kelima hal di atas akan lebih efektif apabila pihak sekolah menerapkan budaya sekolah yang secara nyata dapat menunjang pelaksanaan. Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar, yaitu belajar bagaimana belajar 4 INTEGRALISTIK XXIX/2018 dan belajar bersama. Akan tumbuh suatu iklim bahwa belajar adalah menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan. Belajar yang muncul dari dorongn diri sendiri, intrinsic motivation, bukan karena tekanan dari luar dalam segala bentuknya. Akan tumbuh suatu semangat di kalangan warga sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu yang memiliki nilai-nilai kebaikan. Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi tersebut akan terwujud ketika kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid, kuat, positif, dan professional. Dengan demikian suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan. Selanjutnya, dalam analisis tentang budaya sekolah dikemukakan bahwa untuk mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif perlu adanya sebuah semacam rekayasa sosial. Dalam mengembangkan budaya baru, sekolah perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah yaitu level individu dan level organisasi atau level sekolah, tujuannya adalah agar budaya baru yang akan diterapkan agar dapat menyatu dengan baik dengan iklim dan suasana yang ada di sekolah tersebut. Level individu, merupakan perilaku siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada. Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Perilaku individu siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin sekolah. Suyitno 2012 menjelaskan bahwa karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,temperamen, dan watak. Karakter dalam pengertian ini menandai dan memfokuskan pengaplikasian nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah-laku. Orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan, misalnya tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang yang berkarakter jelek, tetapi orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Franz Magnis Suseno dalam Suyitno,2012, dalam acara Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa mengatakan bahwa pada era sekarang ini yang dibutuhkan bukan hanya generasi muda yang berkarakter kuat,tetapi juga benar, positif, dan konstruktif. Pernyataan itu disampaikan lebih dari 10 tahun yang lalu, artinya memang untuk saat ini pendidikan karakter menjadi suatu hal yang teramat penting untuk ditransformasikan ke anak didik. Lyons dalam Putra, 2016 menjelaskan tentang generasi milenial, Dia menyatakan generasi Y dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter, dengan kata lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming. 5 Di era global seperti saat ini, seseorang memerlukan pengendali yang kuat agar ia mampu memilih dan memilah nilai-nilai yang banyak sekali ditawarkan kepadanya Soedarsono, 1999; Djahiri, 2006. Oleh karena itu, agar seseorang tahan banting, maka bisa dilakukan melalui pendidikan, sebab jalan terbaik dalam membangun seseorang ialah pendidikan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Jhon Dewey 2003 69 menjelaskan bahwa ―Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia‖. Dunia Pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting untuk membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan sosial. Namun dalam hal ini, tidak hanya pendidikan formal ataupun nonformal saja yang dibutuhkan dari generasimillennial, di butuhkan pula pendidikan karakter dalam membangun moral dan budipekerti pada generasi ini. Karakter merupakan watak, tabiat, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter dari suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kultur dari bangsa itu sendiri. Pembentukan karakter merupakan INTEGRALISTIK XXIX/2018 salah satu tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cerdas, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demoktaris serta bertanggung jawab. Megawangi 2007 menyebutkan bahwa Pendidikan Karakter sebagai solusi dalam menjawab permasalahan negeri ini. Pendidikan karakter tidak hanya mendorong pembentukan perilaku positif anak, tetapi juga meningkatkan kualitas kognitifnya. Pengembangan karakter atau character building membutuhkan partisipasi dan sekaligus merupakan tanggung jawab dari orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Sebab dengan menjadi dewasa secara rohani dan jasmani, seseorang menjadi berkepribadian yang bijaksana baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat Illiyun, 2012 Para pakar di Balitbang Pusat Kurikulum Kemendikbud berhasil menginvetarisasi 18 karakter yang harus menjadi acuan para pendidikan secara nasional Satriwan, 2012. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa bersumber dari nilai-nilai Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional, yang kemudian diidentifikasi menjadi 18 karakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, 6 INTEGRALISTIK XXIX/2018 menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab Satriwan, 2012. yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral‖. Hal ini diperlukan agar generasi millennial memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebijakan. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action. Menurut FW Foerster terdapat 4 ciri dasar pendidikan karakter yaitu 1. Pendidikan karakter nemenakankan setiap tindakan yang berpedoman terhadap nilai normatif. Dimana diharapkan generasi dapat menghormati norma-norma yang ada dan dijadikannya berpedoman dalam bertingkahlaku dilingkungan masyarakat 2. Adanya korehensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu seseorang akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang ambing serta tidak takut terhadap resiko dalam situasi baru. 3. Adanya otonomi, yaitu seseorang menghayati dan mengamalkan atuan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, seseorang mampu mengambil keputusan dengan mandiri tanpa dipengaruhi atau desakan dari orang lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan dalam mewujudkan apa yang dipandang baik dan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komisten yang dipilih. Pendidikan tidak hanya membentuk insan yang cerdas, namun juga berkarakter dan berkepribadian yang unggul dengan harapan agar generasi bangsa kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan karakter yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Dalam hal ini dapat disimpulkan peningkatan pendidikan karakter dapat dijadikan dasar dan perisai atau pengendali bagi generasi millennial dalam menghadapi perkembangan di era yang serba canggih atau era globalisasi. Sebagai generasi millennialperlu menyadari pula betapa pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk perilaku dan kepribadian dalam berprilaku di media internet dan dikehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tidak hanya lingkungan sekolah yang menjadi pusat pembelajaran dari pendidikan karakter namun keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat dan pemerintah pula ikut berperan aktif dalam mendukung hal tersebut, sehingga terbentuklah generasi millennial yang berkarakter baik dan unggul yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. 7 DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa. 2006 Elkind, David H. dan Sweet, Freddy. How to Do Character Education. Artikel yang diterbitkan pada bulan September/Oktober 2004. Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan pengembangan, Pusat kurikulum. 2011, Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah. Jakarta Pusat Kurikulum Kennedy,M. 1991, Some Surprising Finding on How Teachers Learn to Teach,Educational Leadership. Lickona, Thomas, Educating for Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York Bantam Books, 1992. Lickona, Tom; Schaps, Eric, dan Lewis, Catherine. Eleven Principles INTEGRALISTIK XXIX/2018 Sekolah Pengalaman Sekolah Karakter, 2010. Parkay, Forrest W. dan Stanford,Beverly H. 2011, Menjadi Seorang Guru, Jakarta PT Indeks. Samani, Muchlas, Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung Remaja Rosdakarya. Siswinarti, Putu. R. 2017. Pentingnya Pendidikan Karakter Untuk Membangun Bangsa Beradab. Singaraja Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Imam. 2012. Pengembangan Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter, ... Furthermore, the Regulation of the Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia Number 3 of 2020 Article 6 concerning National Higher Education Standards also explains that higher education must be able to build student attitudes so that they can behave appropriately and be cultured as a result of internalization and actualization of the values and norms reflected in life. In the National Action Plan for Character Education published by the Ministry of Education in 2010, it is stated that character education is the main element in achieving the vision and mission of National development included in the 2005-2025 RPJP Wahono, 2018. ...... Value education based on local values to strengthen student character is very relevant to the character-strengthening movement carried out by the Indonesian government through the policies of the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia. It is because the Movement for Penguatan Pendidikan Karakter PPK also places character values as the most profound dimension of education that civilizes and civilizes education actors Wahono, 2018. e Movement for Strengthening Character Education PPK, implemented by the Ministry of Education and Culture in 2017, has identified five central character values that are interrelated to form a value network that needs to be developed as a priority, namely religious, nationalist, independent, cooperation, and integrity Komalasari et al., 2017. ... Piki Setri PernantahAhmal AhmalEducation of values through the example of a figure who is also a national hero from Riau is still lacking. It is necessary to have values education based on historical figures so that students cannot forget their heroes and imitate Sultan Syarif Kasim II’s struggles. This research was conducted using a qualitative method with a descriptive-analytical approach. The values reconstructed from the results of field research and literature studies are then integrated into the historical student learning at the University of Riau so that it is internalized into students who will later become self-character based on the fighting spirit of the heroes of Riau. Pendidikan nilai melalui keteladanan sosok yang juga merupakan pahlawan nasional asal Riau masih sangat kurang. Perlu adanya pendidikan nilai berbasis tokoh sejarah agar mahasiswa tidak melupakan pahlawannya sehingga mampu meneladani perjuangan yang telah dilakukan Sultan Syarif Kasim II. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis. Nilai-nilai yang telah direkonstruksi dari hasil penelitian lapangan dan studi literatur tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam perkuliahan sejarah lokal mahasiswa sejarah Universitas Riau. Sehingga terinternalisasi ke dalam diri mahasiswa yang nantinya menjadi karakter diri yang dilandasi semangat perjuangan para pahlawan Riau. Cite this article Pernantah, Ahmal. 2022. Values Education through the Exemplary of Sultan Syarif Kasim II for Students in Riau. Paramita Historical Studies Journal, 322, 276-285. Tujuan pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab Wahono, 2018. Rumusan tersebut terungkap tiga segi yang sangat penting. ...Sukini SukiniFenomena dekadensi moral terjadi akibat tidak terkendalikannya kemajuan dari teknologi yang berkembang begitu pesat, selain itu juga pengaruh budaya luar mewarnai terjadinya dekadensi moral. Pengaruh dekadensi moral ini cenderung kapada hal-hal yang negatif. Di sinilah impementasi kurikulum 2013 PAI perlu didesain sesuai dengan kebutuhan. Implementasi kurikulum 2013 PAI menjadi pedoman dalam pembelajaran untuk pembentukan karakter peserta didik. karena kurikulum sifatnya dinamis sesuai dengan kebutuhan, untuk itu perlu adanya kurikulum yang orientasinya pada penanaman sikap baik spiritual maupun sosialnya, dengan kata lain harus dimunculkan pendidikan karakter. Implementasi kurikulum 2013 di dalamnya ada pendidikan karakter. Implementasi kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis kualitatif dengan pendekatan teknik survey. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif model interaktif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data. Dari hasil pengamatan dan pembahasan disimpulkan bahawa 1 Implementasi kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang dapat dilaksanakan dengan sangat baik, 2 Karakter peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang, menunjukkan karakteristik yang baik sampai dengan sangat baik sesuai dengan indikator karakter yang ditetapkan, 3 setelah diterapkan kurikulum 2013, perubahan perilaku peserta didik menunjukkan perubahan yang signifikan, 4 Fakor faktor penghambat di SD Negeri Pelita Karya dalam implementasi kurikulum 2013 adalah ketersediaan waktu dan sarana pembelajaran yang sangat terbatas.... In this regard, efforts to uphold the noble morals of the nation are absolute imperatives because noble morals will be the main pillar for the growth and development of a nation's civilization Karim, 2018;Wahono, 2018. The ability of a nation to survive is determined by the extent to which the people of the nation uphold moral and moral values Fithriyah, 2022;Najib, 2018;Syofrianisda & Suardi, 2018. ...Syamsuri AliSepturi SepturiM. Ichsan Nawawi SahalBackground Today, education is more concerned with material and scientific issues than ethics, morals and morals. High decadence or moral decline indicates a moral crisis that is very concerning. Education should be able to touch various physical, spiritual, moral, ethical, psychological and physical aspects. Otherwise, education is like just a teaching, and nothing reaches students at all. Aim This study aims to analyze the concept of akhlaq education according to Asy'ari in the book of Adab Al-Alim Wa Al-Muta’alim on students' behavior change. Method The type of research that the author did was descriptive quantitative research. This research also involves a literature study approach to obtain deeper information about moral education in the book of Adab Al-Alim Wa Al-Muta'alim The source of data in research is the subject from which data can be obtained. Findings All students in MAN 1 Bandar Lampung have actually applied good moral education to their teachers. However, on a number of indicators, there are still those who answer neutrally and are not even sure that they have implemented moral education.... Educational efforts through the internalization of human values lead to humanizing humans Abi, 2017;Dewi, 2019;Ekasari, 2013;Fajriah & Murtadho, 2021. It has been explained that the goal of national education is to develop the potential of students to become human beings who believe in and fear God Almighty, have noble character, are healthy, knowledgeable, capable, creative, independent, and become citizens of a democratic and responsible state Hendriana & Jacobus, 2017;Omeri, 2015;Pasaribu, 2017;Wahono, 2018. ...... Therefore, the teacher must be able to make teaching more effective Fakhrurrazi, 2018 and interesting so that the lesson material delivered will make students feel happy Increasing Achievement in Science Learning About Various Types of Objects Through Experimental Methods in Class IV Students of SDN Pondok Kacang Timur 03 Semester 1 Year 2015/2016 Pambudi, Efendi, Novianti, Novitasari, & Ngazizah, 2018 and feel the need to learn the lesson material Sulfemi, 2019. Teachers have a difficult task to achieve the goals of national education Saat, 2015, namely improving the quality of Indonesian people Miharja, 2016, whole people who believe and fear God Almighty Asmaroini, 2016, have noble character, have personality, are disciplined, work hard, are tough, responsible, independent, intelligent Wahono, 2018 and skilled and physically and mentally healthy Prasetyo, 2013, must also be able to grow Sari, 2017 and deepen a sense of love for the homeland Untari, 2018, strengthen the spirit of nationalism and a sense of social solidarity Yunaz, 2019. In line with that, national education will be able to realize development humans Suharyanto, 2013 and build themselves and are responsible for nation building. ...Sutinah SutinahIn essence, teaching and learning activities are a process of interaction or reciprocity between teachers and students in the learning unit. Improving science learning achievement about various forms of objects in fourth grade students at SD Negeri Pondok Kacang Timur 03 Semester 1 of 2015/2016 through the experimental method. This research uses Classroom Action Research CAR. Based on the results of the discussion of data analysis that has been carried out in cycle I and cycle II in this study, it can be concluded as follows The use of experimental methods can improve student learning outcomes in science subjects subject to various forms of objects in class IV semester I SDN Negeri Pondok Kacang Timur 03 academic year 2015/2016, this is indicated by an increase in learning outcomes, namely the learning process before the action shows low learning outcomes, namely students whose scores meet the KKM as many as 13 students or 37%, students who have not completed 21 students or 61% with the highest score of 90 and the lowest score was 40. In the first cycle the number of students who completed 21 students or 61% while those who had not completed 13 students or 39%. The minimum score is 50 and the maximum value is 90. In the second cycle there was an increase in learning outcomes, namely the number of students' completeness was 32 students or 94%. The minimum score is 70 and the maximum value is 100. There is an increase in the average score, namely 65 in the pre-cycle to 73 in the first cycle and increasing to 85 in the second cycle. Thus it can be concluded that using the experimental method can improve student learning outcomes in science subjects on the subject of various forms of objects in class IV semester I SDN Negeri Pondok Kacang Timur 03 academic year 2015/2016 can improve learning outcomes.... UU RI No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak 8 mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung Morelent, 2015;Wahono, 2018. 1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara yang berbudaya dan karakter bangsa. ...I Made Parwa SantikaI Ketut Budaya Astra I Gede Suwiwa SuwiwaPenelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui studi etnografi serta nilai-nilai pendidikan karakter pada perguruan pencak silat putra garuda di desa Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekataan kualitatif. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang dilakukan terhadap data primer dan data sekunder yang kemudian peneliti ungkapkan isi atau makna dari aturan hukum yang telah ditentukan yang akan dihukumi dengan hukum yang sama, berbeda atau memiliki deskripsi sendiri tentang kajian hukum yang telah dilakukan. Pada proses penelitian ini teknik pengambilan data dalam konteks ini, triangulasi data dalam proses pengambilan data di kancah atau lapangan menggunakan 3 teknik, yang terdiri dari proses observasi partisipatif, wawancara mendalam in-depht interviewing, dan studi dokumen. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner dan lain-lain. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari Metode dan teknik analisis data Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.... In achieving these goals, educators can use various methods to apply culture in classroom learning by adjusting the learning materials to be delivered. Thus, the learning objectives can be achieved maximally by understanding the learning material which is also integrated with the culture that surrounds the students [15,16]. One of the applications of culture in learning is the implementation of local wisdom-based learning. ...Purpose of the study Students develop according to the nature of nature and the times. This causes the development of the times to have an influence on the development of students. One of the impacts of the current developments is the loss of awareness to love and even know local wisdom in the environment around students. Therefore, the implementation of local wisdom in classroom learning is essential to do. In this study, an evaluation of the response of the educators to the training on the application of the adat bersendi syara' syara' bersendi Kitabullah was carried out in learning. Methodology This research used a descriptive quantitative method. 20 educators at SMPN 30 Muaro Jambi were the subjects of this study. Main Findings The results of the research showed that educators had a positive response to the training on applying the adat bersendi syara' syara' bersendi Kitabullah in learning. These results are indicated by the average above 3 in the table. Therefore, it was found that the educators at SMPN 30 Muaro Jambi positively responded to the training on applying the adat bersendi syara' syara' bersendi Kitabullah in learning. Novelty/Originality of this study The research illustrates that it is essential to conduct cultural-based learning training in schools, especially for teachers. Because it is through education and learning in the classroom that students gain an understanding of the culture around them... Pendidikan adalah proses dari menciptakan suasana belajar yang dilakukan secara sadar dan terencanan guna mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki seperangkat kompetensi diri sehingga dapat digunakan ketika hidup bermasyarakat Wahono, 2018. Adalah hal yang niscaya apabila pendidikan digunakan untuk mengarahkan genrasi setempat menuju perubahan-perubahan yang baik bagi kehidupan. ... Meidi SaputraArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan integrasi kewarganegaraan digital dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan sebagai upaya menumbuhkan budaya netiket di kalangan mahasiswa. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Sedangkan teknis analisis data menggunakan literatur dan jurnal yang berhubungan dengan tema penelitian. Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa mata kuliah pendidikan kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib umum di perguruan tinggi. Mata kuliah ini bertujuan untuk pengembangan kepribadian mahasiswa. Sebagai mata kuliah pengembang kepribadian mahasiswa, mata kuliah pendidikan kewarganegaraan perlu merespon perkembangan teknologi dan informasi dengan mengintegrasikan konsep kewarganegaraan digital. Integrasi konsep kewarganegaraan digital merupakan bagian dari rekayasa pembelajaran sebagai upaya menumbuhkan etika berinternet netiket di kalangan mahasiswa. Etika berinternet netiket merupakan hasil yang ingin dicapai dari implikasi terintegrasinya kewarganegaraan digital dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Integrasi kewarganegaraan digital dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dapat dilakukan dengan dua cara yakni pembahaaruan perangkat pembelajaran RPS, SAP dan lain sebagainya dan pendekatan pelaksanaan perangkat pembelajaran dengan memperhatikan latar belakang keilmuan AsmaraniPutri AndrianiWindi Kartika Sarip>Pendidikan karakter ialah sebuah proses untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan suatu model karakter. Sistem pendidikan tinggi harus selalu dievaluasi untuk mengikuti perkembangan zaman dan perubahan sikap atau perilaku mahasiswa. Dalam rangka meningkatkan daya saing untuk menghadapi era globalisasi disemua bidang, mahasiswa dituntut untuk memiliki persyaratan keterampilan dalam hal kecerdasan intelektual kognitif dan kebiasaan etika. Peran perguruan tinggi, pemerintah serta masyarakat sangat diperlukan dalam upaya membangun karakter mahasiswa dan keberadaan suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Kebudayaan, lingkungan akademik memakai seluruh aspek-aspeknya, regulasi, sistem pendidikan tinggi dan lingkungan sosial memiliki peran masing-masing dalam pembentukan karakter mahasiswa Indonesia yang lebih baik. Pembinaan karakter berguna untuk memperbaiki perilaku serta karakter mahasiswa. pendidikan karakter yang sudah diberikan juga menjadi sebuah pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan pembinaan karakter pada mahasiswa. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah cara pembentukan karakter mahasiswa dan implementasi pembinaan karakter pada mahasiswa.
YphSx. w4c8yus0bk.pages.dev/629w4c8yus0bk.pages.dev/642w4c8yus0bk.pages.dev/140w4c8yus0bk.pages.dev/306w4c8yus0bk.pages.dev/148w4c8yus0bk.pages.dev/854w4c8yus0bk.pages.dev/285w4c8yus0bk.pages.dev/992w4c8yus0bk.pages.dev/472w4c8yus0bk.pages.dev/482w4c8yus0bk.pages.dev/65w4c8yus0bk.pages.dev/415w4c8yus0bk.pages.dev/545w4c8yus0bk.pages.dev/530w4c8yus0bk.pages.dev/665
pidato pendidikan karakter di era milenial