JulianaI. 04 Januari 2022 23:13. Perhatikan kalimat berikut! Generasi masa depan akan menghadapi tantangan hidup yang semakin berat. Berdasarkan keberadaan objek dalam kalimat, kalimat di atas tergolong A. Kalimat aktif transitif B. Kalimat aktif intransitif C. Kalimat pasif D. Kalimat berita. JAKARTA - Kalangan generasi milenial dinilai akan menghadapi tantangan ekonomi yang lebih tidak hanya dihadapkan pada disrupsi teknologi, milenial saat ini harus menghadapi tantangan krisis pandemi Covid-19 dan disrupsi perubahan Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengatakan, ada tujuh sektor ekonomi yang perlu didorong oleh milenial ke depan untuk bisa menghadapi tantangan argomaritim kata dia akan menjadi fokus pembangunan berkelanjutan karena sektor ini terus tumbuh di krisis apapun, baik di krisis moneter 1998, krisis keuangan global pada 2009, dan krisis pandemi Covid-19 saat ini. Oleh karena itu sektor ini dinilai lebih tahan banting pada saat terjadi krisis dibandingkan sektor lainnya.“Di Indonesia sama, mayoritas PDRB di seluruh provinsi masih didominasi sektor ini, namun sektor ini butuh pendekatan baru, oleh karena itu tugas milenial untuk menemukan pendekatan baru itu,” katanya dalam acara Pekan Milenial Naik Kelas 2022 yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Selasa 5/4/2022.Baca JugaKlaim Sukses Besar, 70 Persen Tim Manajemen Prakerja dari Kalangan MilenialPeran Generasi Milenial Bantu Wujudkan Pertanian ModernKedua, Arif mengatakan desa akan menjadi pusat pertumbuhan baru, yang berbasiskan keunggulan ekonomi digital ke depan akan meningkatkan efisiensi dan akses sumber ekonomi moral atau gift economy menurutnya akan menjadi pondasi ketangguhan sosial ekonomi. Selanjutnya, sektor kelima, yaitu ekonomi hijau/biru yang diproyeksi akan meningkatkan nilai tambah dan produksi perilaku sehat dan hijau untuk mendukung konsumsi yang berkelanjutan. Ketujuh, inovasi, yaitu sebagai penggerak techno-sociopreneurship. Inovasi kata Arif sangat penting karena berkorelasi dengan PDB/kapita suatu negara.“Global Innovation Index berkorelasi dengan GDP, Jika ingin menjadi negara besar, tidak ada cara lain selain inovasi,” tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Hadijah Alaydrus Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
Meskipunsetiap manusia pasti akan dihadapkan pada masalah yang membuat hidup terasa penuh beban, namun ada lima hal utama nih yang bikin manusia semakin merasa hidupnya sangat berat. Yuk kita kurangi lima hal berikut nih. 1. Merasa iri pada hidup orang lain hingga sulit bahagia. Hal pertama yang bikin hidup semakin berat adalah rasa iri pada
Mahasiswa/Alumni STKIP PGRI Ponorogo02 Januari 2022 0422Halo, Juliana I. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab, ya. Berdasarkan keberadaan objek dalam kalimat, kalimat di atas tergolong kalimat aktif transitif. Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya melakukan aktivitas atau tindakan. Biasanya, predikat di dalam kalimat aktif merupakan kata kerja yang berimbuhan me- dan ber-, seperti menyapu, bermain, dan sebagainya. Kalimat aktif dibagi menjadi dua jenis, yaitu 1. Kalimat aktif transitif Kalimat yang predikatnya memerlukan objek, seperti 'Aku membuat layang-layang'. 2. Kalimat aktif intransitif Kalimat yang predikatnya tidak memerlukan objek, seperti 'Aku berlari'. Sementara itu, kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya dikenai tindakan. Predikat pada kalimat pasif biasanya menggunakan kata kerja yang berimbuhan di- dan ter-, seperti dimainkan, tertelan, dan sebagainya. Kalimat di atas merupakan jenis kalimat aktif karena subjek kalimat tersebut melakukan aktivitas atau tindakan. Untuk jenis kalimat aktifnya, merupakan jenis kalimat aktif transitif karena predikat dari kalimat tersebut membutuhkan kehadiran objek. Hal tersebut dibuktikan pada 'menghadapi tantangan hidup'. Frasa 'tantangan hidup' merupakan sebuah objek. Dengan demikian, jawaban yang tepat untuk soal tersebut adalah kalimat aktif transitif. Semoga bisa membantu, ya. Setidaknya terdapat beberapa kompetensi yang menjadi kekuatan sekaligus tantangan bagi Gen-Z, di antaranya Management Skill, Analytical Skill, Strategic & Conceptual, Implementation, and Sustainability. Menghadapi tantangan tersebut, peran Perguruan Tinggi pun dituntut dalam menyiapkan sumber daya yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0.
Perhatikan kalimat berikut! generasi msa depan akan menghadapi tantangan hidup yang semakin berat. berdasarkan keberadaannya objek dalam kalimat, kalimat di atas tergolong.... a. kalimat aktif transitifb. kalimat aktif intransitifc. kalimat pasifd. kalimat berita​ “Generasi masa depan akan menghadapi tantangan hidup yang semakin berat.” Jika dilihat dari keberadaan objeknya, kalimat tersebut merupakan golongan A. Kalimat aktif berdasarkan bentuknya terbagi atas dua jenis, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat aktif adalah kalimat yang menggunakan kata kerja aktif dan subjek dalam kalimatnya merupakan adalah pengertian dari masing-masing opsi yang tersediaKalimat aktif transitif adalah jenis kalimat aktif yang menunjukkan bahwa subjek melakukan pekerjaan atau tindakan tertentu terhadap objek. Maka dari itu, kalimat transitif memerlukan objek, sehingga dalam kalimat tersebut harus ada objek. Jika objeknya dihilangkan, maka kegiatan yang dilakukan oleh subjek akan menjadi tidak jelas aktif intransitif adalah jenis kalimat aktif yang tidak memerlukan objek di dalamnya. Jika suatu kalimat aktif dihapus objeknya tapi tidak mengubah makna kalimat, maka itu termasuk kalimat aktif pasif adalah jenis kalimat yang menggambarkan subjek sebagai orang yang dikenai pekerjaan. Sehingga, dalam kalimat pasif tidak terdapat kata kerja berita adalah jenis kalimat yang menginformasikan mengenai sebuah peristiwa yang bersifat soal di atas, kita bisa menjabarkan pola kalimatnya sebagai berikutGenerasi masa depan S akan menghadapi P tantangan hidup O yang semakin berat K.Jika objek tantangan hidup dihapus, maka kalimat akan kehilangan maknanya. Sehingga, dari sini dapat kita simpulkan bahwa jawaban yang tepat adalah opsi A. Kalimat aktif lebih lanjutMateri tentang 15 contoh kalimat transitif dan intransitif tentang 10 contoh kata kerja aktif tentang contoh kalimat aktif transitif dan intransitif jawabanKelas 9Mapel Bahasa IndonesiaBab Menyunting Beragam TeksKode SPJ3
com JAKARTA - Kalangan generasi milenial dinilai akan menghadapi tantangan ekonomi yang lebih berat. Pasalnya, tidak hanya dihadapkan pada disrupsi teknologi, milenial saat ini harus menghadapi tantangan krisis pandemi Covid-19 dan disrupsi perubahan iklim. Jam malam itu akan berlangsung hingga Senin pukul 06.
Apendi Arsyad, MSi Bismillahirrahmanirrahiem Beberapa “tulisan ringan” saya yang menarasikan mengenai dinamika kehidupan masyarakat, bangsa dan negara NKRI menghadapi pandemi Covid 19, selalu saya japrikan kepada bapak Dengan maksud dan tujuan, saya ingin bertukar pikiran sharing ideas dengan beliau Uda Irsal urang awak Tokoh Minang perantauan yang sudah lama mukim di Kota Bogor. Las adalah senior saya di gerakan koperasi di kota Bogor, beliau sdh beberapa tahun dan hingga sekarang menjadi Ketua Pusat Koperasi Pegawai Negeri PKPN Kota Bogor dan penah menjabat Kepala Badan Penelitian Tanah Kementan RI thn 1990an. Pada tahun 2018 yang lalu saya bersama beliau mendapat SK dari Bapak Wali Kota Bogor Arya untuk sebuah tugas pembinaan perkoperasian di Kota Bogor, khusus kegiatan Coaching Clinic of Cooperation C-3. Beliau Ketua Teamnya C-3, sedangkan saya sebagai Sekretarisnya, yang dibantu sejumlah personil dari berbagai elemen Koperasi primer se Kota Bogor, dibawa arahan Kadiskop dan UKM Kota Bogor bapak Sejak itu saya dengan bpk Prof. Irsal Las terjalin persahabatan dekat, dan saling berkomunikasi lewat Whatsapp. Senior dan sahabatku Las/Profesor riset senior di Balitbangtan RI/mantan Kepala Balai Penelitian Tanah, setelah pensiun menjadi dosen LB di IPB dan Jakarta-, dari tulisan yg saya kirim kepada beliau ditanggapinya dengan ucapan terima kasih dan isi pesannya bagus’. Artinya beliau merespon positif’ karena ada kata “bagus”dari pesan balasannya feedback, sebagai pertanda diappresiasi oleh beliau. Akan tetapi, dibalik pesan baliknya tsb sang Profesor bertanya bagaimana ke depannya nasib masyarakat dan bangsa kita ? Dijawab beliau kayaknya “tantangan semakin lebih berat ya pak..” ?. Saya sependapat dengan apa yang dikemukakan Sang profesor tersebut. Kemungkinan beliau melihat, mengamati dan mempelajari berbagai kasus dan fenomena sosial yang terjadi cenderung “paradox”, yang kian tampak dalam kehidupan bermasyarakat, bermasyarakat dan bernegara. Walaupun beliau belum atau tidak menarasikan alasan2 apa dan argumentasi yang bagaimana dalam memberikan jawaban WA japri dari beliau kepada saya, sahabatnya. Oleh karena itu, untuk memperjelas pertanyaan dan jawaban singkat Sang Profesor tersebut tentang tantangan yg dihadapi bangsa dan negara kini dan kedepan semakin “berat”, saya memberanikan diri untuk menjawab dengan alasan2 yang rasional dan objektif dalam proses perjalanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang semakin berat dan komplek sifatnya. Bangsa Indonesia yg diproklamasikan 17/8-1945, kini telah memasuki usianya yang ke 75 oldest pada Agustus tahun 2020 yang akan datang ini. Selanjutnya apabila kita mengacu pada pendapat futurolog Alvin Toffler dengan bukunya yg sangat populer pada tahun 1980an berjudul The Third Wave Gelombang Ketiga, dan Jhon Nesbith dengan bukunya Mega-Trend’nya pernah dibahas di forum semnas Folapmi SF IPB Maret 1986 di Ciawi Bogor, maka bangsa Indonesia kini sudah memasuki babak baru peradaban “Gelombang ketiga” yaitu era masyarakat- informasi information society era/ISE sebagai hasil dari berbagai kemajuan di bidang industrialisasi padat modal. Era masyarakat Informasi ISE disebutkan juga peradaban masyarakat-informasi padat otak dan pengertian terbentuk sebagai akibat ditemukannya berbagai inovasi dari karya2 riset oleh para ilmuan, laboran dan praktisi untuk menghadapi banyak tantangan di masyarakat dan bangsa yg beragam dan mengagumkan yg kita hadapi dewasa ini. Yang paling hebat dan terpenting adalah bagaimana memahami serta membentuk revolusi teknologi baru, yg memerlukan tidak kurang dari suatu transformasi ummat manusia. Kita kini berada pada masa, terjadinya revolusi yg secara mendasar telah merubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan antar manusia lainnya. Dalam skala, cakupan serta kompleksitasnya apa yg disebut sebagai Revolusi industri ke empat Klaus Schwab. 2016. Perubahan pola budaya dan sosial berlangsung secara sangat cepat di berbagai bidang kebutuhan hidup dan juga perkembangan “life science”, diantara riset dan aflikasi information technology of communication ITC melesat begitu pesatnya dengan penggunaan internet, membuat dunia semakin relatif “kecil” dan tanpa batas globalisasi. Dampak dari kemajuan iptek ITC tsb, yang didukung oleh seperangkat teknologi kecerdasan buatan artifisial inteligence=AI, internet untuk segala internet of things=IoT, kenderaan otomatis drone, percetakan 3 dimensi 3D, nanoteknologi, bioteknologi, sains material, penyimpanan energi serta komputasi kuantum, maka manusia, barang dan komoditas jasa pun mengalami pergerakan mobilisasi ke mana2, dimana2 dan kapan saja dengan cara lebih mudah dan sangat cepat. Revolusi ini terjadi saat ini melaju dengan kecepatan eksponensial ketimbang linear. Ini terjadi karena dunia yg kita hidupi saat ini semakin beragam dan secara mendalam saling terhubung, dan faktanya bahwa teknologi baru akan melahirkan teknologi yang semakin baru dan semakin mumpuni. Kesemuanya ini membuat gaya dan kebutuhan hidup manusia lifestyle dan kebutuhan hidup human needs berubah secara radikal dan revolusioner. Hidup ummat manusia menjadi mudah dengan adanya kemajuan teknologi ITC bagi mereka yg bisa memanfaatnya, yang bisa mengubah tantangan menjadi peluang Astrid Savitri, 2019. Sebaliknya juga ada muncul sejumlah dampak negatif dalam lingkungan sosial tertentu yang tidak bisa beradaptasi dengan kondisi yg baru. Sebagai contoh dampak pandemi Covid 19 tampak jelas perannya di masyarakat, dan berdampak penggunaan enternet untuk segala internet of thing dengan berbagai akitivitas seperti belanja daring go-food, go-send, zoom-join meeting utk seminar atau rapat2 virtual, working from home online/daring, learn from home kuliah daring dengan berbagai aplikasi soft ware, big data mengumpulkan segala data, dan analisis secara real-time oleh perangkat dan sistem, dan infrastruktur digital yang aman dan dapat diandalkan untuk menghubungkan semua perangkat diatas. Kondisi kehidupan masyarakat dan bangsa kita di zaman Now milllenial era sedang memasuki era revolusi industri Revolusi industri tsb ini dibangun diatas revolusi digital, dan penggabungan beragam teknologi yg membawa pada pergeseran paradigma dalam perekonomian, bisnis, kemasyakatan, dan dalam diri orang per orang. Ini bukan hanya mengubah “apa” dan “bagaimana” dalam melakukan sesuatu, akan tetapi juga “siapa” diri kita. Hal ini kemudian berdampak melibatkan transformasi seluruh sistem, melintasi dan berada dalam negara, perusahaan, industri, dan masyarakat secara keseluruhan Klaus Schwab, 2016 Dengan revolusi industri membuat terjadinya berbagai keputusan strategis dan penting diselimuti dan dibalut dengan suasana dan masa depan ketidakpastian era disrupsi Determinasi faktor pesatnya kemajuan iptek di bidang ITC berbasis digital online. Kemudian ditambah lagi di abad ke 21 era millenium sekarang ini datang pula wabah virus baru Corona pada tahun 2019 melanda dunia, yg sumber asal penularannya dari kota Wuhan China. WHO memberi nama bencana wabah virus baru Corona yang menglobal ini di sebut Pandemi Covid 19. Kehadirannya sangat mengaget umat manusia dan memporak-porandakan kehidupan sosial negara2 di seluruh dunia, terutama bagi para pemimpin negara dan dunia tidak berpengalaman mengatasi pandeminya dan banyak pula negara2 yang belum siap menghadapi kasus pandemi Covid 19 hingga sekarang, termasuk negara maju sekalipun spt USA, UK, Italia, Perancis etc. Solusinya untuk mengatasi dan menanggulangi belum jelas dan pasti panik, seperti Vaksin pencegah dan pengobatan belum ditemukan para ahli medik. Selain itu adanya kasus penularan wabah Covid 19 memunculkan pro dan kontra terbukti adanya konsep dan teori konsfirasi dari para kapitalis yg bermoral hazard serakah. Dampak negatif Covid 19 antar negara USA dengan China terjadi “konflik”; Presiden Amerika Donald Trump “marah’ kepada WHO dengan memberi sanksi mencabut dana hibahnya ke WHO, dengan beberapa tuduhan. Begitu pun cara melawan wabah virus baru Corona Desember 2019, Pemerintah mengeluarkan kebijakan bukan Lockdow/semilockdown, melainkan diganti dan diterapkan PSBB karantina wilayah cukup berat dilaksanakan masyarakat, dan banyak pelanggaran aturan protokol kesehatan Covid 19 spt tidak pakai masker, berkerumunan mengabaikan jarak sosial, sholat berjemaah di masjid dengan shop2 yg rapat do not social distancing, jemaah tidak bermasker,…etc, akibatnya hasilnya kurang efektif. Skrg PSBB akan dicoba dirubah menjadi “new normal society”. Apakah masyarakat sudah siap? Ini sebuah tantangan yang cukup berat untuk merubah pola berperilaku dan pola budaya masyarakat-bangsa, yg kita tahu manusia Indonesia senang bersalam-salaman antar sesama, dan senang berkumpul-kumpul ngarumpi, babual-bual antar famili, kerabat dan sahabat di masyarakat Indonesia yg guyub dan berbudaya gotong-royong gemeinschaft society yang telah berlangsung turun- temurun merupakan adat istiadat, ini tidak bisa dirubah seketika instant Untuk merubah pola berperilaku “new normal society” perlu proses dengan butuh waktu yg agak lama dan disertai dengan program learning process “pendidikan, latihan, penyuluhan dan penerangan diklatluhpen yg teratur, terukur, terpadu, tepat sasaran, dan berkelanjutan. Jika masyarakat patuh terhadap aturan protokol kesehatan pencegahan pandemi Covid 19 dengan paksaan coursive secara penegakan hukum bagi para pelanggar aturan protokol law enforcement, tapi ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Hambatan sosiologis dan kultural yang demikian dominan tsb, terbukti masyarakat dan bangsa Indonesia terutama kalangan anggota masyarakat lapisan bawah masyarakat akar rumput sebagian besar belum dan bahkkan tidak siap menjalaninya Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB, dan juga kondisi kemampuan APBN sangat terbatas belum bisa menyediakan sapras kesehatan dan kehidupan yg layak sesuai standar, dan membiayai kebutuhan hidup yg mencukupi bagi masyarakat bawah yg terdampak, minimal untuk bahan2 sembako. Pimpinan negara dan Pemerintahan baik di Pusat maupun di Daerah agak kesulitan dan kewalahan menertibkan anggota masyarakat kelas menengah bawah yang tidak disiplin dalam melaksanakan PSBB mengikuti protokol kesehatan Covid 19 sesuai ketentuan WHO, dan himbauan2 Pemerintah dan ulama MUI di beberapa media massa TV, Radio, koran-HU, etc kurang dan bahkan tidak begitu didengar dan kurang dihiraukan sebagian besar public. Kurang efektifnya pelaksanaan PSBB, diperparah lagi adanya aturan2 protokol kesehatan Covid 19 yg dibuat, kurang tegas pelaknaannya yg terkadang banyak juga dilanggar oknum aparat/pejabat Pemerintah itu sendiri lihat kasus LBP memasukan tenaga kerja asal China ke Indonesia, sedangkan warga negara yg lain dilarang. Ini membuktikan adanya tindakan dan perbuatan diskriminatif tidak adil, juga pasar modern mal-mal dibuka, sedangkan sarana ibadah spt masjid2 dibatasi bahkan ditutup, dan membuat masyarakat berpotensi tidak lagi percaya untrust society dalam menjalankan PSBB, terutama tampak di masyarakat yg mukimnya di perkampungan dan perdesaan. Terakhir praktek2 dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara muncul berbagai perbuatan yang saling bertentangan paradoks, misal Besarnya impor produk2 pertanian yang pro-konsumen bukan vs ke produsen/petani-peternak dan petani ikan/nelayan; UU Minerba yg terbukti pro kapitalis-konglomerat versus kepentingan negara BUMN dan atau kerakyatan Badan Usaha Koperasi Indonesia. Ditambah lagi kasus BPIP yg tupoksinya memantapkan pelaksanaan falsafah bangsa dan ideologi negara Pancasila, kenyataannya di lapangan semakin tidak jelas arah, bahkan fungsi dan rekruitmennya orang spt LS pun yg bermasalah moral bisa masuk BPIP ?, statementnya Ketua BPIP juga pernah ngawur yg menyatakan “musuh Pancasila adalah agama” yg kemudian berpolemik dan ditentang pimpinan MUI. Ada lagi gejala sosial paradoks yg memprihatinkan, menyebar di media sosial yaitu mulai kembali bangkitnya ajaran ideologi Komunis/ PKI di tanah air apa benar ini ?, yang jelas2 pernah berkhianat kepada bangsa dan NKRI pada tgl 30 September 1965, dengan membunuh para Jenderal TNI AD secara sadis dan biadab di lubang buaya kawasan Halim Perdana Kesumah- Jaktim. Untuk hal tsb sudah tercatat dalam sejarah nasional kita. Peristiwa ini tidak bisa kita abaikan, dibiarkan dan didiamkan begitu saja. Paradoks berikutnya adalah penyelenggaraan agenda politik nasional Pemilu untuk Pileg dan Pilpres RI dilakukan secara demokrasi langsung, dengan mengeluarkan biaya politik cost politic yang sangat besar, akan tetapi hasilnya belum bisa melahirkan para elit politik anggota DPR RI dan DPRD Prov/kab/Kota dan kepemimpinan nasional Presiden dan Wapres dan daerah Gubernur, Bupati dan walikota yang ideal berintegritas dan profesional sesuai harapan konstitusi negara UUD 1945, dan moral dan etik Pancasila. Faktanya banyak diantara mereka ditangkap KPK, karena berkasus, dan tersangkut pelanggaran hukum seperti perbuatan korupsi dan kolusi, serta manipulasi dana APBN dan APBD serta perbuatan melawan hukum lainnya law enforcement. Dengan lain kata, demokrasi yg telah diselenggarakan KPU, nampaknya kurang sejalan dengan spirit dan ideologi Sila ke-4 Pancasila yg sebenarnya, yang lebih mengedepankan sistem keterwakilan dalam hikmah kearifan, diatas nalar sehat/akal- budi permusyaratan untuk mufakat as’suroh sosial, yg diwariskan oleh para genuin The Founding Father of NKRI sudah mulai ditinggalkan sejak amandemen UUD 1945 sampai 4 kali sebagai tuntutan gerakan reformasi, yg menurut pendapat saya, reformasi agak “kebablasan” dan mengundang banyak konflik sosial. Demokrasi langsung nan bebas liberalistik yg diterapkan dalam Pemilu tersebut telah berhasil melahirkan kepemimpinan politik oligarki di negeri ini, dimana the ruling party dan elite politik sebagai aparatur penyelenggara negara, kini dikuasai dan dikendalikan kalangan pemilik modal dan kaum saudagar capitalistical- community yg serakah dan berbahaya bermoral hazard, sehingga melahirkan lingkaran setan permasalahan yg rumit dan tidak “berujung”, yang kemudian menghambat proses pencapaian kesejahteraan rakyat social well being. Buktinya di negeri “paradoks”, alokasi dan distribusi asset publik state and communal property rights secara pelan dan pasti, kini bergeser kepemilikannya ke pribadi2 dan koorporasi swasta private property rights seperti kepemilikan dan penguasaan lahan tanah untuk perkebunan skala besar, perumahan mewah real estate of proverty dan kawasan industri, konsesi lahan pertambangan kasus UU Minerba, SDA air, SDA hutan, kawasan pesisir dan sepadan-pantai untuk usaha ekotourisme bisnis perhotelan dan resto., etc, yang dikuasai pihak aseng China dan asing. Dalam bahasa para pemerhati sosial spt Batubara, Dr M Said Didu, Noorsy, Ismail Yusanto jubir HTI, etc sudah banyak terjadi di negeri ini perampokan2 dan penjarahan terhadap SDA dan jasa2 lingkungan Indonesia yg indah dan melimpah yg telah dikuras para kapitalis. Konsekwensinya kesenjangan sosial-ekonomi sosec- gap terjadi semakin menganga, ditunjukkan oleh angka indeks Gini Rasio ekonomi berkisar antara 3,8 sd 4,1 lampu merah, status masuk kategori berbahaya. Hal ini menuntut kewaspadaan nasional kita sebagai warga bangsa WNI yang baik demi keselamatan NKRI yg kuat dan lestari. Dan banyak lagi kondisi “paradoks” yg lain, yang kesemuanya itu membuat perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara NKRI=Negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan bisa terganggu. Keragaan sebagaimana yg telah dinarasikan tsb, bisa merupakan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan ATHG yang semakin berat dan komplek, yang harus dicermati secara kritis oleh para warga bangsa. Hal ini memerlukan kewaspadaan setiap patriot bangsa. Akan tetapi saya berkeyakinan eksistensi bangsa Indonesia dan NKRI akan tetap terjamin, apabila pilar kebangsaan- ummat beragama, terutama Ormas beserta Umat Islam Indonesia yg mayoritas peduli dan tetap bersatu, dan diperkuat dengan kekuatan pembela negara TNI yg tetap setia pada Pancasila dan NKRI terkonsolidasi dengan baik. Kemudian diperkuat lagi oleh kaum Cendekiawan, Pakar dan ilmuan Indonesia, termasuk di dalamnya kekuatan masyarakat sipil yang nasionalis-religius tetap solit dan bersatu, maka NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tetap lestari sustainable dalam mengawal peradaban yang berkemajuan. Selanjutnya kita berharap para pemimpin negeri ini, hendaknya mampu mewujudkan cita2 nasional Mensejahteraan rakyatnya yang berkeadilan sosial dan bermakmuran bersama, bukan kemakmuran orang perseorangan do not- conglomeration. Para elite bangsa dan negara juga haruslah berkomitmen dan berjuang keras menghilangkan berbagai paradoks yang hinggap dalam produk2 public- policy dan Peraturan-Perundang2an yang diberlakukan, dan menghambat kepentingan rakyat. Sekian dan terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT melindungi dan menolong kita semua sbg warga negara-bangsa Indonesia..Amin3 YRA.. Mohon dimaafkan, apabila ada kekurangan dalam tulisan ini, yang tidak berkenan dihati pembaca sekalian. Adanya kritikan di tulisan ini dilandasi niat untuk saling mengingatkan dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan fastabiqul-khairats, agar Indonesia di masa depan menjadi lebih baik… Sukron barakallah. Penulis adalah Lektor Kepala pada Prodi Agribisnis Faperta UNIDA Bogor; Pendiri UNIDA; dan Aktivis Ormas di Bogor
Bisniscom, JAKARTA - Kalangan generasi milenial dinilai akan menghadapi tantangan ekonomi yang lebih berat. Pasalnya, tidak hanya dihadapkan pada disrupsi teknologi, milenial saat ini harus menghadapi tantangan krisis pandemi Covid-19 dan disrupsi perubahan iklim.
Oleh ASMA NADIAParenting Digital - Tulisan Pertama Setiap generasi mempunyai karakter berbeda. Generasi milenial punya karakter berbeda dengan generasi Z, dan generasi Z jauh berbeda dengan generasi Alpha, dan generasi Alpha akan memiliki karakter serta tantangan berbeda dengan generasi Beta. Namun, secara umum, generasi muda saat ini bisa disebut sebagai generasi internet atau generasi digital. Di masa depan tantangan yang dihadapi akan lebih berat mengingat kecerdasan buatan AI sudah semakin berkembang pesat. Karakter generasi yang berbeda memengaruhi pula pendekatan pola asuh yang digunakan ayah bunda serta guru mereka. Parenting zaman now jelas karenanya akan sangat berbeda dengan metode pengasuhan masa lalu. Parenting zaman now jelas karenanya akan sangat berbeda dengan metode pengasuhan masa lalu. Jika orang tua tidak mawas dengan perkembangan zaman dan tetap mempraktikkan gaya parenting konvensional secara kaku bisa jadi akan mengekang anak, menciptakan jarak, dan selanjutnya berpotensi merusak masa depan dan psikologi mental buah hati kita. Pada tulisan kali ini saya akan menitikberatkan pada generasi GG, atau 'Good Game' merujuk istilah anak sekarang saat bermain. Pada tulisan berikutnya mungkin saya akan menulis parenting digital terkait media sosial, bisnis di era digital, interaksi sosial di era digital, dan lain-lain. Sekarang saya ingin membahas lebih detail parenting digital untuk memahami dunia gaming. Di masa lalu, orang tua barangkali akan marah jika anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain. Namun, di masa kini justru kelihaian bermain gim bisa membuka peluang yang memberi penghasilan menjanjikan. Sesuatu yang sekilas pandang terasa sebagai dilema. Antara peluang di satu sisi, tapi di sisi lain juga berpotensi menimbulkan masalah. Jika diarahkan dengan benar bisa jadi gim menjadi sumber penghasillan, tapi bisa juga sumber pemborosan atau mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan. Apa yang harus orang tua lakukan? Membuat perjanjian dengan anak sebelum memberikan gawai barang kali bisa menjadi awal. “Kamu boleh main gim tapi tidak boleh lupa waktu,” lalu bertahap buat kesepakatan lanjutan berapa jam boleh bermain gim daring setiap hari. Jika diarahkan dengan benar bisa jadi gim menjadi sumber penghasillan, tapi bisa juga sumber pemborosan atau mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan. Ingat anak-anak bisa diajak membuat kesepakatan ketika masih kecil. Namun menghadapi anak yang sudah lebih besar, mereka akan semakin sulit diatur. Maka manfaatkan untuk mulai menawarkan kesepakatan ini sejak dini. Latih pula mereka untuk komit dengan janji. Gim digital pun sebenarnya sudah banyak berubah. Dulu orang tua bisa menyelak anak- anak saat bermain, “Berhenti dulu, mainnya. Kita shalat.” Gim daring tidak bisa di-pause karena bersifat live. Jika anak dipaksa berhenti meninggalkan gim, dia bisa merasa mengkhianati pemain lain yang sedang berjuang bersama jika permainan digital dilakukan berkelompok. Karena itu, buat juga perjanjian lain dengan anak sebelum memberikan mereka gawai. ”Boleh main gim asalkan tidak meninggalkan waktu shalat dan sudah menyelesaikan tugas sekolah.” Gim sekarang juga memiliki peringkat. Dengan begitu anak-anak dipacu terus mencetak prestasi. Pendekatan ini membuat anak termotivasi, karena ada pencapaian atau target yang ingin dikejar. Apalagi kalau sudah populer, anak-anak akan berjuang menjadi yang terbaik dibandingkan teman lain yang sedang tanding di gim yang sama. Tak mudah membuat anak-anak menjadi bosan karena perusahaan gim selalu bisa menghadirkan tantangan baru yang mengulik rasa penasaran anak. Sekalipun kita khawatir, kadang memberi apresiasi atas pencapaian anak di gim tertentu bisa mendekatkan anak dan orang tua. Setelah itu cari cara membuat keadaan menjadi positif. “Kalau kamu juara nanti Papa belikan skin game ini.” Buat kegemaran yang awalnya hanya hobi menjadi bargain reward yang bisa memotivasi anak. Hal lain yang menjadi catatan untuk diingat adalah kehidupan sosial di dunia gamer berbeda dengan kehidupan nyata. Di dunia permainan digital semua setara, tidak ada tua atau muda. Anak-anak santai dan leluasa berbicara kasar bahkan jorok pada orang yang jauh lebih tua dari mereka karena tidak tahu siapa di balik akun para pemain. Di dunia permainan digital semua setara, tidak ada tua atau muda. Anak-anak santai dan leluasa berbicara kasar bahkan jorok pada orang yang jauh lebih tua dari mereka karena tidak tahu siapa di balik akun para pemain. Di dunia gim, yang dituakan dan dihormati adalah mereka yang lebih tinggi peringkatnya atau lebih jago. Jangan kaget jika mahasiswa bisa memanggil kakak ke anak SD, sebab si anak SD itu sangat lihai di gim tertentu. Setelah berteman di dunia daring, bisa jadi anak SD berteman dengan mahasiswa atau orang yang sudah menikah karena mereka tidak tahu identitas di balik tiap akun. Membangun kesadaran anak untuk menjaga sopan santun dan akhlak di dunia gim selalu menjadi isu yang sensitif. Atas alasan itu, beberapa produsen gim memfilter kata-kata kasar dan penuh ujaran kebencian. Yang kita khawatirkan tentu jika sikap-sikap itu berpengaruh dan terbawa di dunia nyata. Apalagi jika mereka tumbuh dan memasuki dunia profesi. Anak tidak bisa membedakan bagaimana harus berbicara pada teman sebaya atau yang lebih tua. Membangun kesadaran anak untuk menjaga sopan santun dan akhlak di dunia gim selalu menjadi isu yang sensitif. Atas alasan itu, beberapa produsen gim memfilter kata-kata kasar dan penuh ujaran kebencian. Anak perlu lebih kuat lagi ditanamkan soal budi pekerti sedini mungkin. Ancaman lain dari permainan digital online adalah beberapa gim mengarah pada pornografi, kekerasan, dan kerusakan moral. Karena itu, orang tua harus mengawal antara lain memberi rekomendasi dan alasan gim apa yang boleh dimainkan anak dan mana yang tidak. Buat juga persyaratan lain, misalnya, “Kamu boleh main gim tapi tidak boleh yang mengajak pada kekerasan…” Segala sesuatu tentu bisa memiliki dua sisi. Gim pun begitu, tidak melulu dipenuhi hal buruk. Contoh gim kadang bisa mendekatkan saudara jauh yang dulu jarang berkomunikasi. Anak-anak yang minim bertukar sapa kini lebih sering berkomunikasi untuk mabar main bareng. Gim juga bisa menjadi sarana orang tua dekat dengan anak. Jika orang tua tidak hanya memainkan gim yang sama melainkan turut bermain di gim yang sama dengan anak-anaknya maka mereka bisa berbicara dengan bahasa yang sama dan menjadi teman. Di dunia digital, orang tua jadi seperti wajib untuk mengerti berbagai gim yang beredar. Dengan begitu orang tua bisa memberi batasan atau melarang jauh-jauh dari gim yang lebih banyak unfaedah. Satu hal penting lainnya, dari pilihan gim, dari cara bermain gim, dan sikap ketika menang atau kalah, orang tua bisa melihat kepribadian anak yang lalu menjadi pertimbangan menerapkan pola parenting mana yang paling tepat pada anak tersebut. Karena itu, di dunia digital, orang tua jadi seperti wajib untuk mengerti berbagai gim yang beredar. Dengan begitu orang tua bisa memberi batasan atau melarang jauh-jauh dari gim yang lebih banyak unfaedah. Jika anak masih bayi, lakukan riset kecil-kecilan untuk menemukan gim yang menarik sebagai media edukasi anak sesuai usianya. Saat mereka sudah aman bermain digital, kita bisa menggunakan gim sebagai materi edukasi. Orang tua yang bijak di dunia digital bisa melihat peluang menjadikan gim sebagai fasilitas mendekatkan diri pada anak, mengevaluasi perilaku mereka dan memotivasi, termasuk menghadirkan iklim kompetisi sangat keras di dunia nyata, pada keseharian anak-anak kita. zCvuxl.
  • w4c8yus0bk.pages.dev/394
  • w4c8yus0bk.pages.dev/516
  • w4c8yus0bk.pages.dev/7
  • w4c8yus0bk.pages.dev/228
  • w4c8yus0bk.pages.dev/618
  • w4c8yus0bk.pages.dev/223
  • w4c8yus0bk.pages.dev/236
  • w4c8yus0bk.pages.dev/374
  • w4c8yus0bk.pages.dev/95
  • w4c8yus0bk.pages.dev/292
  • w4c8yus0bk.pages.dev/28
  • w4c8yus0bk.pages.dev/942
  • w4c8yus0bk.pages.dev/866
  • w4c8yus0bk.pages.dev/113
  • w4c8yus0bk.pages.dev/246
  • generasi masa depan akan menghadapi tantangan hidup yang semakin berat